Wawancara

Mudik Dilandasi Tuntunan Agama

Rabu, 6 Juli 2016 | 22:02 WIB

Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran telah menggerakkan umat Islam Indonesia dari kota-kota besar maupun kecil ke desa-desa. Jutaan orang bergerak hampir bersamaan melalui darat, laut, dan udara. Mereka ingin berkumpul bersama keluarga, bermaafan dan menikmati ketupat dan opor ayam.  

Bagaimana penjelasan tentang fenomena mudik untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halaman sehingga menjadi fenomena yang tak terhendarkan setiap tahun? Apa sebenarnya yang menjadi dasar mereka melakukan itu?

Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta Kiai M. Jadul maula memberikan sebagian penjelasannya kepada Abdullah Alawi. Berikut petikannya:

Kenapa orang Islam Indonesia mudik saat lebaran? Apa itu tuntutan agama atau budaya?

Tujuan utama mudik adalah sungkem kepada orang tua dan silaturrahim kepada kerabat dan handai taulan. Budaya mudik ini jelas dilandasi oleh tuntunan agama yaitu bakti kepada orang tua dan menjaga tali silaturrahim dengan sanak keluarga dan kerabat. Momentumnya juga bagus yaitu Idul Fitri, merayakan kembalinya manusia ke dalam fitrah.

Apa di negara-negara Islam lain juga demikian, semisal di Arab, Mesir dan lain-lain?

Ada, tapi bentuk, intensitas dan ekspresinya lain-lain. Di negara-negara lain biasanya suasana Idul Fitri terbatas, habis shalat Ied mereka datang ke rumah orang tua dan makan-makan bersama keluarga.

Di Indonesia lebih meluas, massif. Tekanannya pada saling memaafkan, tidak hanya pada orang tua dan keluarga dekat, tapi juga keluarga besar (trah) dan lebih luas lagi saudara sedaerah dan bangsa. Ini adalah proses penyatuan dalam kebhinekaan, didasari pribadi-pribadi yang sedang ingin membersihkan diri dan hati.

Faktor apa bisa meluas seperti itu?

Ini adalah warisan pengajaran leluhur yang memberikan dasar-dasar pengamalan agama yang berdimensi persatuan dan kerukunan sosial, bukan individual.

Leluhur ini maksudnya Wali Songo atau lebih tua lagi?

Wali-wali Nusantara. Penghormatan kepada leluhur, bahkan sampai pada pemujaan itu juga merupakan bentuk religiusitas yang sangat tua di Nusantara.

Pada Lebaran ada ketupat. Kehadirannya identik dengan Lebaran. Apa yang khas dari makanan ini sehingga bisa seperti itu?

Ketupat itu, Jawanya kupat, mengandung pesan ajaran: Ngaku lepat (mengaku salah) dan Laku lapat (empat tindakan amal). Laku yang empat itu adalah lebaran (selesai puasa), luberan (zakat fitrah), leburan (bermaafan) dan laburan (kembali putih, fitri).

Bungkusnya adalah daun kelapa (janur) yang dijalin melambangkan belitan dosa dan kesalahan. Ia mesti dibelah dan akan tampak dalamnya yang berwarna putih lambang kesucian dari dosa. Kupat = laku papat

Kalau perkiraan, ketupat itu sejak kapan adanya?

Setahu saya sejak para wali itu, tapi mungkin aja sebelumnya sudah ada. Tapi penggunaan ketupat kaitannya dengan perayaan lebaran itu jelas dari para wali.