Wawancara

Mutawakkil: Saya Pake Jurus Tawassuth dan I'tidal

Kamis, 4 September 2008 | 08:39 WIB

Dalam waktu singkat, kepemimpinan di tubuh PWNU Jawa Timur berganti setelah KH Ali Maschan Moesa mencalonkan diri sebagai wakil gubernur sehingga dilakukan pemilihan ulang yang akhirnya menempatkan KH Mutawakkil Alallah, pengasuh pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo sebagai ketua tanfidziyah PWNU Jatim. Akan diarahkan ke mana warga NU yang merupakan mayoritas di Jawa Timur dan bagaimana ia menjaga keseimbangan dinamika politik yang memanas dalam Pilkada dan pemilu 2009, yang memperebutkan suara nahdliyyin? Berikut ini wawancaranya dengan Mukafi Niam saat ia berkunjung ke PBNU baru-baru ini.

Apa langkah-langkah yang akan Bapak lakukan untuk pengembangan PWNU Jatim ke depan?
gt;

Langkah pertama, saya mengunpulkan dan mengundang semua ketua lembaga, lajnah dan badan otonom agar mereka membuat program jangka pendek, menengah dan panjang sesuai dengan pembidangannya.

Alhamdulillah selama dua bulan ini sudah berjalan, antara lain Lakpesdam di bawah pimpinan Prof Kacung Marijan, membuat situs yang lebih spesifik PWNU Jatim. Agar lembaga ini tidak nyusu terus dengan PWNU, saya carikan kerjaan kafe internet, kerjasama dengan Sarbumusi, tempatnya di Jl Citarum No 1.

Lalu, Lesbumi saya gandengkan dengan lembaga dakwah, kita rencanakan membuat Radio FM, Insyaallah saya beri nama FM Sembilan. Sudah ada harapan mendapatkan gelombang dan langsung komersial, bukan radio komunitas. Nanti lokasinya di kantor PWNU. Harapannya jadi media dakwah untuk PWNU. Kita juga berharap mudah-mudahan bisa membuat TV lokal, dengan nama TV 9.

Maarif juga sudah melakukan musyawarah kerja, satu minggu yang lalu. Pada bulan Oktober kita akan melakukan pelatihan guru-guru Maarif supaya kita memiliki konsep pendidikan yang baik. Saya minta mereka membuat konsep yang paten, yang merupakan gabungan dari al muhafadhoh ala kodimish sholih dan wal ahdu bil jadidil aslah. (mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik)

Saya kasih contoh yang ngetren di bidang pendidikan adalah student centered learning, kalau di pesantren kan ada teacher centered learning, lha mengapa ini tidak digabung? Misalnya nanti menjadi class moving, guru menjadi fasilitator, tetapi murid yang menentukan

Bagaimana dengan upaya pengembangan pesantren?


Pengembangan pesantren berfokus pada tiga hal, yaitu kelembagaan, kurikulum dan sarana prasarana. Untuk pengembangan kelembagaan dan kurikulum, jangan sampai menghilangkan jati diri pesantren. Mereka yang hanya memiliki SMU biasa kita harapkan bisa memiliki SMU unggulan, bahkan kalau mungkin bisa mengembangkan akademi sesuai kebutuhan di daerahnya, misalnya akademi kesehatan, Akademi keperawatan, akademi kebidanan atau sekolah tinggi ilmu kesehatan. Nanti lembaga ini menjadi penunjang pendidikan pesantren. Kita juga memberikan informasi beasiswa dan tunjangan guru-guru ngaji.

Kita sekarang berusaha agar para kepala daerah dan ketua-ketua fraksi yang merupakan kader NU, apapun partainya, bisa duduk bersama dengan ketua cabang NU, kemudian membicarakan, untuk tahun depan bisa membangun madrasah berapa, merehab pesantren dan lainnya, sehingga tidak perlu proposal. Kalau proposal tok kan numpuk ngak ada realiasasinya. Ini antara lain, sisi kurikulum, kelembagaan dan fisik.

Kemudian honor, selama ini kan ada diskriminasi antara sekolah umum dan madrasah, dan ini sudah berjalan, seperti di daerah saya, Probolinggo, sudah tidak ada diskriminasi antara madrasah dan sekolah umum.

Bagaimana menjaga keseimbangan politik, mengingat banyak tokoh NU di berbagai partai yang rawan menimbulkan gesekan?


Kalau bicara Jawa Timur, tak akan mungkin tanpa memperhitungkan NU, demikian pula, kalau ngomong NU tidak menyinggung Jawa Timur, ya kurang lengkap. Pada musim Pilkada semua calon juga mencari simpati pada kekuatan simpul yang dimiliki NU seperti kiai pesantren, pengurus NU, lembaga, lajnah dan badan otonom. Ini juga terjadi sekarang, terutama setelah tinggal dua putaran pada pemilihan gubernur ini, di mana dua-duanya ngaku sebagai kader NU, cuma bedanya, kalau Karsa kader NU di posisi wakil, walaupun Pak Karwo juga ngaku orang NU. Kemudian Ka-Ji, ini kader NU-nya ada di calon gubernur.

Karena semuanya memiliki link dengan kekuatan simpul, maka terjadi perbedaan pilihan, tiap kali saya ada kesempatan, saya meminta kepada pengurus cabang atau masayikh, silahkan berbeda pendapat, tetapi jangan merusak ukhuwah. Karena PWNU bukan lembaga politik, maka tidak mungkin menginstruksikan pilihan pada satu arah, dipersilahkan bertanya pada hati nurani masing-masing.

PWNU serba sulit, maju kena, mundur kena. Yang Karsa pendukungnya para kiai yang potensial, yang Ka-ji, saya tahu bener, kader NU, yang dukung para kiai ditambah KH Hasyim Muzadi secara pribadi, sehingga saya maju kena, mundur kena, akhirnya saya jalan miring, pake jurus, tawasssuth dan i’tidal, tangah-tengah dan berbuat adil.

Saya menghindar ke samping karena saya yakin misalnya salah satunya melepaskan senjata rahasia, saya yakin mereka akan mampu mengelak sehingga PWNU tidak akan canggung.

Terkait perbedaan Ramadhan dan Idul Fitri yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu bagaimana?


Biasanya kalau puasanya bersamaan, lebarannya juga bersamaan. Menurut perhitungan dan referensi, kemungkinan besar bersamaan, tapi saya tidak senekad menteri agama yang memastikan, karena saya bukan yang punya bulan. Misalnya tidak sama, tak akan ada gerakan radikal seperti dulu.

Jadi akan berpegang pada petunjuk PBNU?


Oh ya, kita akan berpegang pada rukyah, kalau bersamaan dengan pemerintah ya alhamdulillah, kalau tidak ya kita akan berpegang pada hasil rukyah karena bukan hanya berpegang pada garis komando organisasi, tetapi juga alasan syariat.

Jika Ada perbedaan hasil rukyah dengan PBNU gimana?


Insyaallah tidak.