Amanat Hari Santri Ketum PBNU Dikumandangkan Kembali di Bandung
Ahad, 27 Oktober 2019 | 06:00 WIB
"Jati diri santri adalah moralitas dan akhlak pesantren dengan kiai sebagai simbol kepemimpinan spiritual (qiyâdah rūhâniyah). Karena itu, meskipun santri telah melanglang buana, menempuh pendidikan hingga ke mancanegara, dia tidak boleh melupakan jati dirinya sebagai santri yang hormat dan patuh pada kiai. Tidak ada kosakata bekas kiai atau bekas santri dalam khazanah pesantren.
"Santri melekat sebagai stempel seumur hidup, membingkai moral dan akhlak pesantren. Di hadapan kiai, santri harus menanggalkan gelar dan titelnya, pangkat dan jabatannya, siap berbaris di belakang kepemimpinan kiai," ungkap Kiai Asep membacakan amanat Ketum PBNU pada kegiatan yang disiarkan langsung 164 Channel.
Sebagai seorang santri, lanjut Kiai Asep, Islam tak boleh dibela dengan pekik takbir di jalan-jalan, apalagi dengan menyebarkan hoaks dan caci maki, tapi harus dibela ilmu pengetahuan dan peradaban.
"Kehancuran agama dari para pembela yang tidak tahu caranya membela, itu lebih besar daripada kehancuran agama dari para pencela. Santri mewarisi legacy yang ditinggalkan oleh para ulama di abad keemasan Islam. Karena itu, kebangkitan Islam akan sangat ditentukan oleh kiprah dan peranan kaum santri," lanjutnya.
Setelah upacara bendera, perwakilan dari Kapolres Kabupaten Bandung menyampaikan, Hari Santri harus menjadi motivasi mendukung kegiatan pemerintah yang tidak bertentangan
"Santri menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Siap membela negara, membela NKRI," tegasnya.
Kegiatan yang diikuti para santri Kabupaten Bandung tersebut diakhiri dengan pentas seni dari Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Bandung, yakni teatrikal, pembacaan puisi dan seni terbangan. Disusul kemudian pentas marching band dari santri-santri Arjasari.
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Kendi Setiawan