Angkat Budaya Jaranan, Santri Nuris Jember Raih Juara 3 Lomba Fotografi Internasional
Kamis, 26 November 2020 | 01:00 WIB
Zakina Mala Fadhila, sang juara tiga International Photography and Short Movie Festival (IPSMF) 2020. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Jember, NU Online
Zakina Mala Fadhila, namanya. Prestasi santriwati sekaligus siswi kelas XII IPS 3 SMA Nurul Islam (Nuris) Antirogo, Kecamatan Sumbesari, Kabupaten Jember Jawa Timur ini, patut diacungi jempol. Pasalnya, ia berhasil menyabet gelar juara tiga dalam ajang International Photography and Short Movie Festival (IPSMF) tahun 2020 di Bandung, Kamis (12/11) lalu.
IPSMF merupakan ajang internasional yang digelar setiap tahun oleh Universitas Telkom, Bandung. Sebelum virus Corona datang, pelaksanaannya cukup megah dengan dihadiri oleh peserta dari manca negara. Namun tahun ini penyelenggaraannya dilakukan secara daring untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus Corona.
Kendati persiapannya tak lebih dari sepekan, namun Mala, sapaan akrabnya, mampu mempersembahkan juara untuk almamaternya, SMA Nuris Jember.
Menurut gadis asal Semboro, Jember ini, tidak gampang mendapatkan ide yang bagus untuk materi lomba. Sebab Jember mempunyai banyak budaya yang menarik untuk diangkat ke publik. Namun setelah diadakan survei kecil-kecilan, Mala akhirnya memilih budaya jaranan sebagai objek jepretannya.
“Setelah survei dan ditambah masukan dari pembimbing di bidang ekstrakurikuler Nuris, saya putuskan memilih jaranan sebagai objek pemotretan,” ujar Mala kepada NU Online di kompleks Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember, Rabu (25/11).
Mala akhirnya membuat agenda pemotretan terhadap aksi pertunjukan jaranan di Desa/Kecamatan Panti Jember. Di desa itu memang terdapat seniman jaranan yang memiliki grup, dan setiap pekan menggelar latihan. Hasil pemotretannya lalu dikirim via email ke panitia. Dari sekali banyak peserta dengan hasil karyanya, foto milik Mala yang berjudul Memungut Warisan Budaya terpilih sebagai juara tiga.
Mala mengaku tertarik untuk mengangkat (memotret) jaranan lantaran cukup unik. Unik karena pemain jaranan bisa disebut 'bukan orang biasa’. Saat bermain, pemeran jaranan sudah bukan dirinya lagi tapi bermetamorfosa sebagai sosok penunggang kuda yang bisa melakukan hal-hal magis, misalnya memakan rumput, kulit kelapa, bahkan pecahan kaca.
“Dan itu di luar kesadarannya. Meskipun demikian, ia masih taat pada dalangnya,” terang Mala.
Ia menambahkan, jaranan merupakan warisan budaya yang usianya cukup tua. Di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat dengan segala asesorisnya, jaranan ternyata masih eksis meski tidak semeriah dulu. Bahkan jaranan saat ini kadang dimainkan oleh perorangan di lampu merah sebagai cara untuk mendapatkan uang dari pengendara.
“Agak memprihatinkan juga,” ungkapnya.
Bagi Mala, dunia fotografi bukan hal yang baru. Ia memang pecinta fotografi sekaligus anggota aktif ekstrakurikuler broadcasting Nuris. Sebelum ini, Mala pernah meraih juara dua dalam lomba fotografi tingkat nasional yang digelar oleh Universitas Teknologi Yogyakarta (2019).
“Saya tertarik di dunia fotografi karena foto adalah dokumentasi dan sekaligus berita,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin