Tingkatkan Budaya Baca Kitab Kuning, RMI Jember Gelar MQK Virtual
Senin, 23 November 2020 | 18:00 WIB
Suasana panitia dan penjurian MQK di Pondok Pesantren Darussholah Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, tidak membuat Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid ISlamiyah (RMI) Jember, Jawa Timur berhenti berkhidmah. Mereka tetap bersemangat untuk menjalankan kegiatan yang telah diagendakan. Salah satunya adalah Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK), yang dihelat secara virtual Ahad (22/11) dengan penjurian berpusat di Pondok Pesantren Darussholah, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.
Dalam sambutannya, Ketua PC RMI Jember, Gus Fuad Ahsan mengatakan bahwa MQK tersebut merupakan amanah Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) 1 PCNU Jember beberapa waktu lalu. Karena merupakan amanah, maka MQK harus dilaksanakan.
“Alhamdulillah lancar dan berjalan sesuai dengan yang kita harapkan,” ucapnya.
Ia menambahkan, MQK penting dilaksanakan sebagai ajang pengembangan sumber daya pesantren dan peningkatan budaya kompetisi di kalangan santri. Dengan musabaqah tersebut, santri terdorong untuk lebih giat lagi dalam belajar membaca kitab kuning sehingga kelak lahir santri yang tidak sekadar bisa membaca kitab gundul tapi juga benar-benar dapat memahami isinya.
“Jadi MQK itu bisa menjadi semacam pelecut bagi santri untuk belajar dan terus belajar. Lebih-lebih karena peserta juga mewakili pesantren, sehingga timbul keinginan untuk menjaga marwah pesantren yang diwakilinya,” terangnya.
Menurutnya, orang yang pandai membaca kitab kuning tidak mengenal kadaluarsa. Kapanpun dan dalam situasi apapun, mereka selalu dibutuhkan. Sebab kitab kuning yang notabene merupakan sumber ilmu itu, masih banyak yang belum tersentuh.
“Oleh karenanya, siapapun yang bisa membaca kitab kuning, selalu dibutuhkan,” terangnya.
Di tempat yang sama, Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin memberikan apresiasi atas terselenggaranya MQK itu. Menurutnya, budaya membaca kitab kuning perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Sebab ciri khas utama santri adalah bisa membaca kitab kuning.
“Jadi MQK ini termasuk dari bagian menjaga budaya paling mendasar santri,” jelasnya.
Ajang tersebut diikuti oleh 118 peserta yang berasal lebih dari 50 pesantren se-Kabupaten Jember.
Setelah dilakukan penilaian oleh tim juri yang terdiri dari anggota LBMNU Jember, maka terpilihlah tiga peserta terbaik sebagai juara satu hingga tiga. Mereka adalah Choula Affiah dari Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Shofia Imani Martin dari Pondok Pesantren An-Nur H.A, dan Almar’atus Sholihah dari MA Assunniyah, Kencong, Jember.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua