Asrama Dayah Najmul Hidayah Ambruk Diterjang Longsor, Santri Kehilangan Kitab, Pakaian, hingga Tempat Tinggal
Sabtu, 29 November 2025 | 13:00 WIB
Bekas reruntuhan asrama Dayah Najmul Hidayah Al-Aziziyah Samalanga, Aceh. (Foto: dok istimewa/Helmi Abu Bakar)
Bireuen, NU Online
Asrama Dayah (Pesantren) Najmul Hidayah Al Aziziyah di Meunasah Subung Cot Meurak Blang, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh ambruk ke aliran sungai akibat longsor setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir. Musibah ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Peristiwa terjadi pada Rabu (26/11/2025) sekitar pukul 08.00 WIB. Runtuhan bangunan berlangsung perlahan, namun kondisi terus memburuk hingga akhirnya gedung dua lantai itu roboh seluruhnya ke sungai yang sedang meluap.
Menurut Tgk Muhammad Fazil, salah seorang guru di dayah tersebut, tanda-tanda hendak ambruk sudah terlihat sejak pagi. Dinding bangunan mulai miring dan sebagian fondasi tampak tergerus arus sungai.
“Awalnya hanya perlahan, tetapi semakin lama semakin kritis. Pimpinan dayah segera memerintahkan santri mengeluarkan barang dan mengosongkan asrama. Hampir satu jam setelah evakuasi selesai, bangunan runtuh diterjang banjir deras,” ujarnya, Jumat (28/11/2025).
Asrama yang dihuni santri putra itu kini sementara dipindahkan ke masjid dayah. Seluruh santri selamat, namun sebagian besar kehilangan pakaian, kitab, perlengkapan belajar, dan tempat tinggal.
Sejumlah warga juga mengaku banjir kali ini merupakan salah satu yang terparah dalam beberapa dekade. Abdullah, warga Batee Iliek berusia sekitar 60 tahun, menyebutkan debit air meningkat drastis sejak tiga hari sebelumnya.
“Sepanjang hidup saya, ini termasuk banjir terparah. Dampaknya luar biasa, bukan hanya rumah warga, tapi juga tempat ibadah dan dayah kena hantam,” tuturnya.
Pembina Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah, Tgk Adli Abdullah, menjelaskan bahwa faktor rusaknya pengaman tebing sungai turut memperparah keruntuhan bangunan.
“Pengaman tebing yang dipasang beberapa tahun lalu tidak sesuai standar. Tebing dibangun dengan batu gajah, tetapi kualitasnya pernah bermasalah dan sempat menimbulkan proses hukum,” jelasnya dari Banda Aceh.
Pengaman tebing tersebut dibangun pada 2016 dan pernah jebol saat banjir bandang Sungai Krueng Batee Iliek. Meski proyek itu telah melalui proses hukum dan pelakunya menjalani hukuman, dampak buruk konstruksinya kembali dirasakan dalam banjir besar kali ini.
“Kita tidak menyalahkan siapa pun dalam situasi darurat ini, tetapi kejadian ini menegaskan bahwa pembangunan harus sesuai aturan dan berkualitas demi keselamatan masyarakat,” katanya.
Kerugian akibat ambruknya bangunan diperkirakan mencapai lebih dari Rp6 miliar. Selain gedung asrama, sejumlah fasilitas pendidikan dan perlengkapan santri rusak atau hanyut terbawa arus.
Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah kini berada dalam kondisi darurat dan membutuhkan dukungan logistik dari pemerintah maupun masyarakat. Kebutuhan mendesak meliputi dapur umum, selimut, pakaian, alas tidur, obat-obatan, serta fasilitas sanitasi.
“Kami memohon perhatian pemerintah karena ini menyangkut ratusan santri. Mereka membutuhkan pakaian pengganti, makanan, dan tempat tinggal sementara,” tegas Tgk Adli.
Hingga berita ini diturunkan, cuaca di Aceh mulai membaik. Warga dan para santri mulai membersihkan area bangunan dan rumah masing-masing. Namun, bantuan belum juga diterima masyarakat meski Pemerintah Aceh telah menetapkan status tanggap darurat bencana.