Banjir Terjang Sejumlah Desa, NU Kudus Dirikan Posko Bencana
Selasa, 25 Februari 2020 | 09:45 WIB
Sejumlah pengurus antarbanom NU di depan Posko NU Peduli di Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah. (Foto: istimewa)
Hujan deras sejak sepekan terakhir berdampak banjir di sejumlah desa di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Akibatnya, masyarakat butuh pertolongan untuk normalisasi. Kader-kader NU Kudus pun tergerak mendirikan posko bencana “NU Peduli” di tiga desa: Banget, Setro Kalangan, dan Dowo Tempel.
Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus, M Sarmanto Hasyim, yang sedang berada di Posko Peduli bencana kedua di Kaliwungu Kudus menceritakan kondisi terkini di lapangan. Sembari mengawasi keadaan, ia menjelaskan bahwa kegiatan NU Peduli terselenggara berkat kerja sama antarbanom NU.
“Mulai GP Ansor, Banser, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, RMINU, CBP, Pagar Nusa, Lazisnu, LKNU, hingga Lembaga Penanggulanan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU,” terang Sarmanto.
Pembukaan posko kedua, kata dia, merupakan lanjutan setelah pembukaan posko peduli bencana di Kecamatan Mejobo pada Kamis (20/2) lalu hingga Ahad (23/2). Perpindahan posko tersebut tidak lantas begitu saja meninggalkan daerah yang terdampak bencana. Namun, sudah dipertimbangkan dengan matang.
“Berdasarkan pertimbangan kondisi keamanan wilayah sekitar berdasarkan pantauan dan penilaian tim LPBINU, kami memutuskan untuk berpindah ke daerah lain yang terdampak bencana juga,” ungkapnya.
Ia mengatakan, kegiatan yang melibatkan seluruh elemen keluarga besar NU Kudus tersebut menitikberatkan pada tujuh lokasi bencana di daerah Kudus yang perlu uluran tangan. Dua desa di Kecamatan Mejobo akibat banjir, tiga desa di Kecamatan Kaliwungu akibat banjir, dan dua desa di Kecamatan Gebog akibat longsor.
Saat ditanya NU Online mengenai macam kegiatannya, ia menyebutkan kegiatan dalam NU Peduli antara lain membantu evakuasi, membangun kembali tanggul darurat yang jebol, membuat dapur umum untuk menyediakan makanan, membantu membersihkan rumah warga, mengadakan layanan pengobatan gratis, pengiriman air bersih, pembagian paket sembako dan bantuan lain.
Koordinator NU Peduli, M Nailal Mustaghfirin, saat ditemui terpisah menceritakan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan saat NU Peduli berada di Kecamatan Mejobo. Pada Jum’at (21/2), diadakan bakti sosial membersihkan puing-puing dan lumpur bekas banjir di sekitar rumah warga. Keesokan harinya, Sabtu (22/2), tim tersebut menggelar pengobatan gratis di dua titik. Selain itu, juga diadakan penyaluran air bersih.
Pada hari berikutnya, yang masih berada di Kecamatan Mejobo, membagikan sembako. Sekitar 600 paket sembako dibagikan untuk masyarakat yang membutuhkan. Menurut dia, segala bentuk kegiatan NU Peduli merupakan bentuk sinergitas baik dari anggota internal ataupun eksternal.
“Dalam melancarkan kegiatan tersebut, kami mendapatkan donasi dari swadaya pengurus dan kader Nahdliyin. Seiring berjalannya waktu, antusiasme tinggi ditunjukkan oleh warga dan komunitas lain yang ikut memberikan donasi ke posko NU Peduli Bencana,” terang Wakil Sekretaris PC GP Ansor Kudus ini.
Ia menambahkan, sinergitas juga terlihat dari kesiapan para relawan dari kader-kader NU yang secara bergantian dari pagi hingga malam untuk berjaga. Dijadwalkan sekitar 33 personil dari Banser, LPBI NU, CBP, KPP, Pagar Nusa yang terbagi dalam tiga shift, yaitu pagi, siang, malam.
Pria yang juga Wakil Sekretaris RMI NU Kudus ini mengungkapkan, para kader NU Kudus selalu siap sedia merespon setiap bencana yang terjadi. Tidak hanya bencana di Kudus, namun juga di luar Jawa. Seperti halnya gempa yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu, juga banjir bandang di Banten. NU Kudus mengirimkan relawan untuk mendirikan posko peduli bencana di sana.
Melihat kondisi bencana yang terjadi, Mustaghfirin berharap pemerintah sigap terhadap bencana yang terjadi. Kesigapan itu misalnya dengan memberi edukasi penanggulangan sehingga bencana dapat diminimalisasi.
“Perlu kerja sama antara warga dan pemerintah. Pemerintah harus sigap mengedukasi baik pengolahan sampah atau program pemanfaatan lingkungan seperti sungai sebagai kampung rawa,” terang Mustaghfirin.
Hal senada juga disampaikan Sarmanto. Ia berharap pemerintah meningkatkan kesadaran tentang penyebab bencana, normalisasi sungai, dan penyusunan Peraturan Daerah (Perda) tentang Kebencanaan.
Editor: Musthofa Asrori