Kendal, NU Online
Ketua DPRD Kendal, H Muhammad Makmun, mengingatkan tugas Banser bukan hanya untuk organisasi Ansor, melainkan punya tanggung jawab untuk menjaga ulama dan negara. Oleh karena itu, Banser harus tahu siapa kawan dan siapa lawan.
Makmun yang juga mengemban amanah sebagai Dewan Pembina PC Ansor Kendal menyampaikan hal itu saat menjadi inspektur upacara pembaiatan Diklatsar Banser Satkorcab Kendal ke-18 yang dilangsungkan di Pantai Kemangi, Desa Jungsemi, Kecamatang Kangkung, Kendal, Jawa Tengah, Ahad (22/9) dinihari.
"Maka siapa pun yang memusuhi ulama dan NKRI adalah musuh Banser. Siapa pun yang ingin merongrong Pancasila menggantikannya dengan Khilafah, mereka adalah musuh. Siapa musuh dan siapa kawan, Sahabat-sahabat harus tegas," kata Makmun di hadapan ratusan calon Banser yang akan dibaiat.
Menurutnya dengan disahkannya RUU Pesantren menjadi bukti komitmen Pemerintah terhadap NU sebagai benteng negara. NU dalam sejarah perjalanan bangsa ini, kata dia, tidak pernah memberontak kepada negara. Justru ulama dan kiai NU lah yang hingga hari ini secara tegas mempertahankan Pancasila .
Diklatsar Banser Satkorcab Kendal ke-18 diikuti oleh 157 peserta yang berasal dari utusan ranting dan anak cabang. Kegiatan digelar sejak Jumat (20/9) dan ditutup pada Ahad (22/9) siang. Pembaiatan calon Banser menjadi acara puncak setelah peserta mengikuti serangkaian materi baik di ruangan maupun lapangan.
Sebelum mengambil sumpah, Ketua PC Ansor Kendal, Muhammad Ulil Amri, mengingatkan kepada para calon Banser. Dikatakannya, bahwa sumpah yang akan diucapkan tidak hanya mengikat pada organisasi, tapi lebih-lebih akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Sumpah yang dimaksudkan, bahwa para calon Banser akan selalu menjalankan dan menjaga ajaran ahlussunah wal jamaah dan ikrar setia kepada NKRI.
Dari keterangan Muhamad Romadhon, ketua PAC Ansor Kangkung selaku penanggungjawab panitia lokal, diketahui peserta memiliki latarbelakang status sosial dan profesi yang beragam. Mulai pengajar pesantren, petani, buruh pabrik dan bahkan ada pula yang menjabat sebagai sekretaris desa dan lurah.
Begitu pula dari rentang usia, tambah Romadhon, pesertanya tidak hanya dari kalangan pemuda. Bahkan ada salah satu peserta yang sudah berusia lanjut dan memiliki anak cucu.
"Ternyata menjadi Banser itu suatu kebanggan. Tidak memandang apa status sosial seseorang, berapapun usianya. Dan selama pelatihan, semua mendapatkan perlakuan yang sama," pungkas Romadhon.
Kontributor: Muhammad Sulhanudin
Editor: Kendi Setiawan