Begini Strategi Pesantren di Kajen Pati Buat Santri Baru Jadi Betah
Ahad, 28 Juli 2024 | 19:01 WIB
Pati, NU Online
Mencari ilmu di pesantren menjadi impian banyak anak-anak muda. Namun, impian yang mulia itu kadang terkendala oleh realitas kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Terutama bagi santri baru, hari-hari dan bulan-bulan awal menjadi santri merupakan tantangan yang berat.
Pengasuh Bidang Administrasi dan Keuangan Pondok Pesantren Kulon Banon Kajen, Pati, Jawa Tengah H Ahmad Al Wajieh Nu’man menjelaskan sejumlah strategi untuk mengatasi para santri agar betah di pesantren. Pertama-tama, dilakukan upaya spiritual dari pengasuh untuk para santri baru.
“Sebenarnya tidak ada strategi yang khusus kalau dari sisi kepengasuhan. Pengasuh akan menirakati para santrinya dan meminta santri atau wali santri berziarah ke makam Mbah Ahmad Mutamakkin dan muassis (para pendiri) Pondok Kulon Banon,” katanya kepada NU Online, Jumat (26/7/2024)
Ia menyebut, biasanya pihak pesantren menyediakan pembimbing atau musyrif tiap tingkatan untuk mendampingi dan memantau perkembangan para santri.
Lalu, orang tua santri diperkenankan menjenguk putranya setelah melewati jangka waktu satu bulan. Pondok Kulon Banon juga telah memberikan fasilitas untuk santri berupa perpustakaan dan multimedia. Ada pula kegiatan ekstrakurikuler yakni pencak silat, rebana, dan olahraga.
“Santri baru juga boleh menghubungi orang tuanya dengan izin dari pengurus dan pembimbing,” tambah Wajieh.
Ia menilai berdasarkan pengamatan selama bertahun-tahun, para santri baru akan lebih mudah betah tinggal di pondok pesantren saat mereka siap beradaptasi dengan kurikulum pondok.
Baca Juga
Tips agar Santri Baru Betah di Pesantren
“Kemungkinan yang betah atau tidak betah tergantung dari kesiapan dan kemampuan santri yang lebih siap menerima kurikulum pesantren di Kajen, kemungkinan lebih betah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa mayoritas santri Kulon Banon berasal dari daerah Karesidenan Pati hingga berbagai pelosok Pulau Jawa. Ada juga para santri yang berasal dari Pulau Sumatra dan Kalimantan.
“Jumlah seluruh santri Pondok Pesantren Kulon Banon berjumlah 300 santri dan jumlah santri baru berjumlah 25 Santri,” ujarnya.
Wajieh berharap dengan adanya program-program pondok di atas, para santri baru bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan pesantren.
“Program-program yang sudah ditetapkan oleh pengurus yaitu malam Jumat dan malam Selasa khataman bersama. Ada juga lomba-lomba atau musyawarah antarkomplek sampai pelatihan keterampilan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Pondok Pesantren Asrama Pelajar Islam Kauman (APIK) Kajen, Pati, Jawa Tengah Aris Setyabudi Pratama mengungkapkan sejumlah pola santri baru yang ada di pesantrennya. Santri yang tidak betah biasanya sulit bergaul dengan para santri lain dan cenderung sulit mengikuti kegiatan pondok pesantren.
“Kami mengatasinya dengan pendekatan agar santri bisa betah di pondok dan juga meminta kepada santri-santri yang seumuran dengan santri baru tersebut agar bisa mengajaknya bicara dan bermain, sehingga dapat berbaur dengan teman-teman santri lainnya dan lingkungan pesantren,” jelasnya kepada NU Online, pada Ahad (28/7/2024).
Ia mengungkapkan, mayoritas santri di Pondok Pesantren APIK berasal dari Jawa Tengah dan ada satu santri yang berasal dari Jakarta. Jumlah keseluruhan santri di APIK ada 53 santri.
“Santri baru (berjumlah) 7,” tuturnya.