Jombang, NU Online
Tujuan dakwah adalah mengajak seseorang kepada kebaikan dan berupaya mendekatkannya kepada Allah SWT. Segala ucapan para dai hendaknya tidak keluar dari tujuan dakwah itu sendiri. Bukan sebaliknya, memprovokasi jamaah dengan hinaan, ujaran kebencian, dan perkataan tidak pantas.
Demikian ini ditegaskan oleh Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jombang, Jawa Timur, Aang Fatihul Islam menyusul informasi penangkapan polisi terhadap salah seorang dai. Pria yang bernama Jafar Shodiq itu harus berurusan dengan hukum, lantaran dianggap menghina Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin.
"Seorang dai seharusnya menjadi teladan yang baik, memberikan statemen yang menyejukkan, mempersatukan dan merukunkan umat, tidak menimbulkan kegaduhan dan masalah," katanya kepada NU Online, Sabtu (7/12).
Menurut salah seorang dosen STKIP PGRI Jombang ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan dai saat menyampaikan ceramahnya seringkali melenceng dari tujuan dakwah yang sebenarnya.
Di antaranya ada kepentingan tertentu yang sengaja diselipkan dalam dakwah. Dakwah hanya digunakan sebagai alat memuluskan kepentingan tersebut, bukan untuk menyampaikan ajaran-ajaran keagamaan yang menyejukkan hati jamaah.
"Kepentingan yang ada muatan politis, harusnya berdakwah yang menyejukkan akan tetapi dibungkus dengan kepetingan politis sehingga isinya adalah menjatuhkan yang dianggp lawan politiknya," jelasnya.
Di samping itu, ilmu yang pas-pasan. Faktor ini menurutnya cukup membahayakan jamaah. Jamaah hanya disuguhkan dengan perkataan-perkataan yang tidak punya nilai ilmu dan pengetahuan agama. Padahal, lanjut dia, ilmu menjadi syarat mutlak menjadi dai. Sehingga segala sesuatu yang disampaikan berlandasakan ilmu.
"Selanjutnya kedangkalan ilmu. Kedangkalan ilmu dalam memahami esensi Islam sebagai agama yg rahmatan lil alamin, agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, bukan agama yang mngajarkan kebencian," ujarnya.
Faktor lain yang memiliki dampak serupa yaitu pergaulan. Tak sedikit penceramah saat ini bergaul atau berteman dengan orang-orang yang pada dasarnya memang tidak punya bahan menjadi penceramah, lantaran tak memiliki ilmu yang memadai serta akhlak terpuji. Namun anehnya, tambah dia, mereka justru menjadikan temannya itu sebagai rujukan dalam dakwahnya.
"Salah pergaulan, merebaknya para dai penebar kebencian juga disebabkan salah pergaulan sehingga mereka masuk dalam lubang hitam yang mengotori hati dan pikiran mereka dalam berdakwah," tuturnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Ibnu Nawawi