Daerah

Cara Unik Pesantren di Sumatra Selatan Kumpulkan Alumni

Selasa, 29 Oktober 2019 | 11:00 WIB

Cara Unik Pesantren di Sumatra Selatan Kumpulkan Alumni

Sarasehan nasional 40 tahun Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda 1980-2020dengan tema Kiprah Santri dalam Bakti NKRI. (Foto: NU Online/Mangun Kuncoro)

Ogan Komering Ulur Timur, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Huda yang terletak di Sukaraja, Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatra Selatan menggelar temu kangen lintas angkatan. 
Acara ini bertajuk sarasehan nasional 40 tahun Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda 1980-2020, Ahad (27/10) dengan tema ‘Kiprah Santri dalam Bakti NKRI’.
 
“Ribuan alumni yang berhasil dilahirkan dari Pesantren Nurul Huda menghadiri reuni perdana yang digelar di bulan penuh berkah, bulan di mana dilahirkannya hari santri,” kata Ustadz Asrori Ahmad. 
 
Ketua panitia ini menambahkan, jika dihimpun data resmi alumni Nurul Huda tercatat kurang lebih 15.000an. 
 
“Mungkin yang hadir saat ini belum mencapai separuh dari keseluruhan,” kata . alumni angkatan pertama pesantren itu.
 
Menurutnya, acara yang digelar dengan berbarengan Hari Santri dan Sumpah Pemuda diharapkan dapat menumbuhkembangkan semangat juang para santri dalam menyumbangkan segala kekuatannya untuk bangsa dan agama. 
 
“Selain temu kangen, acara ini kita lanjutkan dengan menambah keilmuan yang dibagi oleh sahabat yang telah sukses di berbagai bidang kemasyarakatan,” tutupnya.
 
Ketua umum Ikanuha, Gus Dedy Mardiansyah menyampaikan, sarasehan nasional ini bukan hanya digelar untuk alumni saja. Tapi, seluruh santri dan masyarakat juga ikut menjadi sasaran peserta. 
 
“Saya berharap ilmu dari para alumni yang telah berhasil mampu memancing semangat belajar dari para santri,” katanya.
 
Sarasehan nasional dan temu kangen berlangsung beberapa sesi hingga malam dan mencakup lintas keilmuan dengan pembicara kompeten dari lintas alumni. Di antaranya bidang pendidikan disampaikan Muhajir dan Syamsul Huda dari Aceh, Nurudin Sulawesi dan Sholihan dari Yogyakarta.
 
Bidang kepesantrenan dan dakwah pembicaranya adalah Anwarudin dari Bengkulu, Mabrur Curup, Hj Nur Hayati Jambi, H Umar Hamzah dari Malang, H Dadang Hidyat.
 
Untuk politik, pembicara adalah Abdul Latif (Bandung), Amar Ma’ruf (Lampung), Faham Syah Curup, Mashuda (Jatim) dan Mujib dari Metro.
 
Sedangkan bidang wirausaha disampaikan Muarif (Ogan Komering Ulur), Didik (Medan), Budiono (Mojokerto), Soim (Trenggalek) dan Abdul Hamid (Bali).
 
Masalah pertahanan dan keamanan pembicara Kapten Qomarudin (Metro), Letda Noviansah (Palembang), Serka Akak (Karawang), Briptu Zainul (Jakarta).
 
Berikutnya masalah hukum dengan menampilkan Syerli (Bandar Lampung), Syaiful Mizan (Baturaja).
 
Dilanjutkan bidang sains dan kesehatan oleh Slamet Rianto (Riau), Syamsul Anam (Jakarta), Farida (Kalimantan Selatan), dokter Rico (Ogan Komering Ulur).
 
Pembicara bidang seni budaya adalah H Nur Colis (Jakarta), Akhid Khusnan (Pasuruan), Masduqi (Lampung), Umi Hanik (Jaya Pura, Papua).
 
“Dari acara ini, besar harapan kami, agar alumni Nurul Huda dapat mengisi perjuangan para pendiri bangsa,” tutur KH Afandi selaku pengasuh sekaligus salah satu pendiri.
 
Dirinya menyampaikan pesan itu berulang-ulang. Demikian pula ditambahkan, bahwa santri saat ini harus berada di barisan terdepan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan agama.
 
“Santri harus berperan di berbagai bidang keahlian dan harus ikut berperan,” tegasnya. 
 
Ia juga menggambarkan sosok KH Ma’ruf Amin adalah santri yang kini menjadi wakil Presiden RI.
 
Selain itu, sosok pendiri yang juga alumni Pesantren Lirboyo, Kota Kediri itu berpesan kepada seluruh santri agar meniru para alumni terdahulu yang telah sukses. Hal tersebut penting untuk dijadikan pemompa semangat dalam menuntut imu.
 
“Acara seperti ini jangan sampai hilang, silaturahim antara pesantren dan alumni jangan sampai putus. Karena salah satu perilaku yang tidak disenangi Rasulullah, salah satunya memutus silaturahim,” pungkasnya. 
 
 
Kontributor: Mangun Kuncoro
Editor: Ibnu Nawawi