Daerah

GP Ansor Sumbar Dorong Kader Tingkatkan Kemampuan Menulis Jurnalistik

Selasa, 19 Mei 2020 | 21:45 WIB

GP Ansor Sumbar Dorong Kader Tingkatkan Kemampuan Menulis Jurnalistik

Tradisi menulis jurnalistik harus ditingkatkan. (Ilustrasi: Freepik)

Padang, NU Online
Kemampuan menulis di kalangan kader Gerakan Pemuda Ansor Sumatra Barat harus ditingkatkan. Selama ini, salah satu kekurangan Ansor di Sumbar adalah minimnya kader yang memiliki kemampuan menulis untuk publik melalui media massa maupun buku.

Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Sumbar Rahmat Tuanku Sulaiman, saat membuka pelatihan jurnalistik daring, Senin (18/5) malam di Padang.

Pelatihan jurnalistik ini dikemas dalam kegiatan Diskusi Online Ansor (DOA) untuk negeri bersatu lawan Covid-19 sekaligus rangkaian kegiatan Harlah ke-86 GP Ansor. Tampil sebagai narasumber, Kontributor NU Online di Sumatra Barat.

Menurut Rahmat, banyak kegiatan yang dilakukan cabang-cabang Ansor di kabupaten/kota, termasuk selama penanganan Covid-19 ini. Namun, minim dalam hal pemberitaan dan publikasi.

“Karena itu, perlu rasanya meningkatkan kemampuan menulis masing-masing kader di tiap cabang kabupaten/kota dalam setiap kegiatan yang telah mereka laksanakan. Sekecil apapun kegiatan dilaksanakan seperti rapat, pengajian, seminar online harus dipublikasikan,” ujarnya.

Menurut dia, kegiatan ini dilandasi oleh pemikiran sangat terbatasnya kemampuan menulis kader Ansor Sumbar. Bisa jadi mereka sebenarnya sudah memiliki keinginan menulis. Namun, tidak mengetahui langkah-langkah yang tepat.

“Tidak  juga ada forum yang memberikan wawasan betapa pentingnya menulis. Dari kami, kegiatan ini Ansor Sumbar mendorong kader untuk bangkit menulis,” tutur alumnus Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan ini.

Dalam paparannya, Kontributor NU Online ini menyampaikan, sekitar tahun 1987 seorang tokoh pers Sumatera Barat mengatakan, kalau kita ingin membuat warga satu kampung berkelahi dengan kampung sebelah, besoknya dengan gampang kita memberitakan isu adu domba atau berita bohong.

“Waktu itu belum ada media sosial. Hanya ada koran. Bayangkan, dengan membuat satu berita di koran, kita bisa membuat orang sekampung berkelahi. Apalagi sekarang kita buat di media sosial, bisa lebih parah lagi,” kata dia.

Soal eksistensi
Dikatakan, sekitar tahun 2009 kader muda NU Sumbar ke Jakarta sering ditanya tidak ada kegiatan NU di Sumbar. Akan tetapi, setelah ada beberapa berita kegiatan NU di media NU Online orang di Jawa mengatakan, ternyata ada juga NU di Sumbar. Artinya, kehadiran berita yang memberi efek publikasi ke publik sangat penting dilakukan. Selain itu, eksistensi tentang apa dan siapa menjadi terasa.

“Pada dasarnya, prinsip berita itu harus ada 5W + 1H. Apa kegiatannya (What), siapa yang mengadakan (Who), mengapa acara itu diadakan (Why), di mana tempatnya (Where), kapan acara itu diadakan, hari, dan tanggalnya (When), dan bagaimana peristiwa itu terjadi (How),” paparnya.

“Di samping itu, security harus juga diperhatikan. Artinya, aman tidak berita itu dipublikasikan atau tidak menimbulkan kekacauan dari berita itu. Kemudian, ada juga yang tak kalah pentingnya kita perhatikan yang selama ini jarang diperhatikan, yaitu 2E,” sambungnya.

E pertama, lanjut dia, adalah etika. Layakkah berita itu dipublikasikan, seperti kasus perkosaan. Secara etika, nama orang itu tidak boleh ditulis. Hanya inisial saja. E kedua, estetika dalam penyajiannya. “Nah, inilah hal-hal penting untuk diperhatikan dalam menulis berita,” kata mantan Sekretaris PW GP Ansor Sumbar ini.

Menurut dia, syarat layak dari sebuah berita adalah bahwa berita itu harus aktual dan rasional. Selain itu, data harus lengkap dan tidak mengada-ada. Hal terpenting lainnya adalah berita itu mempunyai daya tarik.

Penulisannya pun harus terstruktur dan memakai ejaan bahasa Indonesia yang benar. Hal tak kalah pentingnya adalah bahwa berita itu memiliki asas manfaat dan informatif,” terangnya.

Ia berpesan bagi penulis pemula, jangan takut salah untuk menulis. Terpenting, kita harus berani memulai.

"Andaikan berita yang kita tulis umpamanya dua halaman, tapi hanya dua paragraf yang diturunkan jadi berita, terima saja. Ini bagian dari pembelajaran. Barangkali ada tulisan yang kurang dan perlu diperbaiki lagi," tandasnya.

Diskusi yang berlangsung seru ini dimoderatori Nofriandy. Ia banyak memberikan kesempatan bertanya kepada para peserta yang berebut tunjuk jari.

Kontributor: Armaidi Tanjung
Editor:  Musthofa Asrori