GP Ansor Sumbar Hadir Sembuhkan Trauma Anak Penyintas Banjir Sumatra
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:30 WIB
Jakarta, NU Online
Mendung baru saja menggantung di langit Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Namun bagi sebagian warga, awan kelabu itu bukan sekadar tanda hujan akan turun. Ia menjelma ketakutan. Trauma banjir bandang dan longsor masih membekas kuat, bahkan berminggu-minggu setelah bencana merenggut ratusan nyawa dan menghancurkan pemukiman.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Sumatra Barat Yosef Firman Susilo menyebut trauma mendalam masih dialami penyintas, terutama di Kecamatan Palembayan. Untuk merespons kondisi tersebut, GP Ansor bersama Banser Tanggap Bencana (Bagana) mengambil peran, baik dalam pendampingan psikososial maupun pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
“Di Palembayan tentu pertama kita juga telah datangkan tim trauma healing ke sana, ngumpulin masyarakat, karena memang, tapi belum tidak semua masyarakat yang bisa kita jamah,” ujarnya kepada NU Online, Selasa (23/12/2025).
Menurutnya, banyak relawan dari berbagai pihak turut melakukan trauma healing, termasuk Bagana yang aktif di lapangan. Di sisi lain, distribusi logistik dari keluarga besar Nahdliyyin juga terus dilakukan melalui posko GP Ansor di Agam.
Pendampingan trauma sejauh ini difokuskan kepada anak-anak. Yosef menuturkan, anak-anak diajak bermain dan berinteraksi agar ingatan akan momen-momen menakutkan perlahan berkurang. Namun, di balik tawa yang coba dihadirkan, tersimpan kisah pilu yang sulit dilupakan.
“Rumah kami udah habis kak, kami hanya bisa tinggal di sini,” kata Yosef menirukan ucapan seorang anak sekolah dasar yang ditemuinya saat kegiatan bermain catur. Kalimat polos itu, menurut Yosef, membuat air matanya menetes. “Itu anak SD-nya laki-laki,” katanya lirih.
Keterbatasan masih menjadi persoalan serius. Dalam dua hari terakhir, tim Ansor hanya mampu membagikan 100 paket tas dan perlengkapan sekolah. Tak semua anak kebagian. Yosef masih mengingat seorang anak yang bertanya dengan penuh harap, “Bang, saya belum dapet. Masih ada atau tidak?”
Janji pun diucapkan. Ketika bantuan dari PCNU Muaro Jambi datang, Yosef menyampaikan permintaan agar sebagian donasi dialihkan untuk membeli tas dan buku sekolah. “Alhamdulillah kemarin kita dapat juga 100, dan sore kemarin langsung kita sampaikan kepada anak-anak,” ujarnya.
Namun kebutuhan belum berhenti di situ. Setelah menerima tas dan buku, anak-anak kembali menyampaikan kegelisahan mereka.
“Bang, ini tas dan buku sudah ada, nanti Januari kami mulai sekolah, kami belum ada punya baju, belum punya sepatu,” tutur Yosef.
Meski hidup dalam keterbatasan, ia melihat semangat anak-anak Palembayan untuk tetap melanjutkan pendidikan tidak surut.
Trauma juga dirasakan warga dewasa. Yosef menyebut, masyarakat Palembayan mengalami tekanan psikologis berat karena bencana terjadi di luar nalar. “Kejadian yang tidak mungkin terjadi, itu tiba-tiba terjadi,” katanya.
Tak heran, melihat mendung saja sudah cukup membuat warga diliputi kecemasan, takut desa mereka kembali tertutup longsor dan banjir.
Di tengah kondisi itu, Yosef mengaku semangat para penyintas justru menjadi energi bagi relawan untuk terus datang dan membantu. “Yang membuat motivasi kita ingin setiap hari datang ke sana itu yang pertama memang saat kita berikan apa sekecil apapun, sebesar apapun yang kita berikan, ada senyuman dari mereka,” ujarnya.
Ia menceritakan, meski hanya memberikan satu atau dua kilogram beras, warga kerap menyampaikan terima kasih dengan air mata. Bukan nilai bantuan yang mereka lihat, melainkan kehadiran dan kepedulian.
“Mereka merasakan juga bahwasanya dia menghadapi bencana ini tidak sendiri,” kata Yosef.
Baginya, memastikan para penyintas tahu bahwa mereka tidak sendirian adalah hal yang paling penting. “Walaupun itu tidak setimpal dari apa yang mereka alami, mereka kehilangan keluarga, kehilangan rumah,” ujarnya.
==========
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik Banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman beranda atau via web Filantropi di tautan berikut.