Bagana Terobos Medan Berat Salurkan Bantuan Bencana Aceh
NU Online · Rabu, 24 Desember 2025 | 11:00 WIB
Helmi Abu Bakar
Kontributor
Bireuen, NU Online
Desa Pante Lhong, Kecamatan Peusangan Selatan, Kabupaten Bireuen, menjadi salah satu titik paling terdampak banjir bandang yang melanda Aceh. Seluruh warga desa—sebanyak 318 kepala keluarga—tercatat terdampak langsung. Bencana yang datang tiba-tiba itu tidak hanya meluluhlantakkan rumah dan harta benda, tetapi juga meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat.
Data sementara di lapangan menunjukkan sedikitnya 45 unit rumah warga hilang atau hancur tersapu arus deras. Selain kerusakan material yang masif, banjir bandang ini juga menelan korban jiwa. Dua orang warga dilaporkan meninggal dunia, masing-masing seorang laki-laki dewasa dan seorang bayi. Peristiwa ini menambah panjang daftar duka akibat bencana ekologis yang melanda wilayah Aceh sejak akhir November 2025.
Hingga kini, seluruh warga Pante Lhong masih bertahan di posko pengungsian yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Peusangan Selatan dan Kantor Desa setempat. Kondisi pengungsian masih serba terbatas. Kebutuhan logistik dasar, perlengkapan darurat, hingga dukungan psikologis menjadi persoalan utama, terutama bagi anak-anak, perempuan, dan lansia yang paling rentan terdampak trauma pascabencana.
Di tengah situasi sulit itu, Satuan Banser Tanggap Bencana (Bagana) hadir langsung ke Pante Lhong. Di bawah komando Kasatsusnas Bagana, Mahdani Hamzah, tim Banser Tanggap Bencana turun meninjau lokasi sekaligus menyalurkan bantuan kemanusiaan. Mahdani didampingi Ketua PW Ansor Aceh, Azwar A Gani, bersama personel Bagana yang sejak awal berada di garis depan penanganan bencana.
Bagana menyalurkan bantuan berupa logistik pangan dan perlengkapan darurat untuk memenuhi kebutuhan mendesak para pengungsi. Bantuan tersebut diharapkan dapat meringankan beban warga yang hingga kini belum dapat kembali ke rumah masing-masing.
“Kami hadir untuk memastikan warga Pante Lhong tidak sendirian menghadapi musibah ini. Bantuan darurat harus segera sampai, meskipun kondisi medan dan akses sangat terbatas,” ujar Mahdani Hamzah saat ditemui di lokasi, NU Online, Ahad (21/12/2025).
Menurut Mahdani, tantangan pascabencana tidak hanya soal kerusakan fisik, tetapi juga kondisi mental para korban. Banyak warga masih diliputi rasa takut, cemas, dan trauma, terutama setelah kehilangan rumah dan anggota keluarga. Karena itu, kehadiran relawan di lapangan diharapkan dapat memberi rasa aman sekaligus penguatan moral bagi masyarakat terdampak.
Perjalanan menuju wilayah pedalaman tidak mudah. Tim Bagana harus menempuh medan berat dan jalur yang belum sepenuhnya pulih. Bahkan, di salah satu titik longsor, tim sempat terjebak selama kurang lebih delapan jam akibat akses yang terputus total dan ketiadaan jaringan komunikasi.
“Kami sempat terhenti cukup lama di kawasan longsor. Jalur tertutup dan tidak ada sinyal komunikasi. Namun setelah akses bisa dilalui secara terbatas, kami langsung melanjutkan perjalanan,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa kondisi medan yang berat tidak menjadi alasan untuk menghentikan misi kemanusiaan. “Medan yang berat dan minimnya akses tidak menyurutkan upaya kami untuk memastikan bantuan sampai ke warga yang membutuhkan,” tegasnya.
Sementara itu, pemerintah daerah setempat masih terus melakukan pendataan lanjutan terhadap kerusakan dan korban terdampak, sekaligus mengupayakan pemulihan akses jalan dan fasilitas umum. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi tetap menjadi prioritas utama sembari menyiapkan langkah-langkah penanganan lanjutan.
Warga Pante Lhong berharap adanya penanganan yang lebih cepat dan berkelanjutan, termasuk penyediaan hunian sementara, dukungan psikososial, serta rehabilitasi permukiman yang rusak parah. Kehadiran Bagana dan relawan kemanusiaan lainnya menjadi secercah harapan di tengah situasi sulit yang masih mereka hada
Kehadiran Bagana di Desa Pante Lhong disambut haru oleh warga. Iskandar, salah seorang warga Pante Lhong yang akrab disapa Pak Is, mengaku sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan meski harus melewati medan yang berat dan sulit meskipun warga Pantee Lhong terpaksa harus mengungsi.
“Kami sangat berterima kasih kepada Bagana. Jalan rusak, lumpur di mana-mana, tapi mereka tetap datang. Bantuan ini sangat berarti bagi kami yang sedang kesulitan,” ujar Iskandar.
Menurutnya, kehadiran relawan bukan hanya membawa logistik, tetapi juga memberi semangat bagi warga untuk bertahan di tengah kondisi yang belum pulih.
Bagi warga Pante Lhong, kehadiran Bagana bukan sekadar membawa bantuan pangan, tetapi juga menghadirkan harapan. Di tengah puing-puing rumah dan duka yang masih membekas, solidaritas dan kepedulian menjadi kekuatan utama untuk bertahan dan bangkit bersama.
Usai menjalankan misi kemanusiaan di Pante Lhong, tim Bagana melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua wilayah tersebut sebelumnya sempat terisolasi akibat longsor yang memutus jalur transportasi utama. Akses menuju daerah itu baru bisa dibuka secara terbatas tiga hari setelah kejadian.
==========
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik Banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman beranda atau via web Filantropi di tautan berikut.
Terpopuler
1
Hasil Musyawarah Kubro di Lirboyo: Serukan Islah hingga Usulkan Penyelenggaraan MLB
2
KH Miftachul Akhyar Terbitkan Surat Tabayun soal Pemberhentian Gus Yahya sebagai Ketum PBNU
3
Dianjurkan Puasa Rajab Mulai Besok, Ini Niatnya
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPU
5
Gus Yahya Klarifikasi Undangan Peter Berkowitz, Potensi TPPU, dan Konsesi Tambang
6
KH Ma'ruf Amin Nilai Keputusan Musyawarah Kubro di Lirboyo Utamakan Kemaslahatan Jam'iyah
Terkini
Lihat Semua