Daerah

Guru di Pati Tuntut Kesejahteraan

Senin, 25 November 2024 | 07:00 WIB

Guru di Pati Tuntut Kesejahteraan

Guru-guru MTs dan MA Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati saat mengikuti upacara HUT Abadiyah ke-41 pada Selasa (20/8/2024). (Foto: dok. istimewa/Fatiha)

Pati, NU Online

Gurus Madrasah Tsnawiyah (MTs) Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Fatiha Khoirunnisa mengatakan guru saat ini mempunyai tugas administrasi seabrek hingga dituntut fokus mengajar peserta didik, tapi belum kunjung sejahtera.


Ia menegaskan saat ini guru menghadapi multi problem seperti gaji yang tidak relevan, beban seabrek administrasi, kurangnya perlindungan hukum, minimnya fasilitas terutama guru yang berjuang di daerah pelosok, kebijakan kurikulum yang terus berubah-ubah hingga tumpang tindihnya kualitas pendidikan. 


“Sebagai guru muda atau fresh graduate tentu selain tugas mengajar, banyak sekali kerjaan dadakan di area sekolah. Karena katanya kita yang lebih cakap terhadap per-administrasi-an sekolah,” jelas Fatiha saat dihubungi NU Online pada Sabtu (23/11/2024).


Ia mengkritik pemerintah yang kurang serius dalam memerhatikan nasib guru yang semakin ke sini bukannya tambah sejahtera. Ia menekankan pentingnya standarisasi gaji guru.


“Masih banyak guru honorer yang gajinya jauh di bawah UMR. Alangkah baiknya jika gajinya sesuai UMR atau bahkan di atas UMR, mengingat tugas yang diemban guru sangatlah besar,” paparnya.


Ia berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap guru honorer, yang menyejahterakan mereka seperti percepatan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau diberikan insentif khusus.


“Guru adalah garda terdepan dalam membentuk karakter bangsa sehingga mereka layak mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka,” tegas perempuan yang biasa disapa Fatiha ini.


Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Tambaharjo Pati, Atia Nur Safitri mengatakan bahwa saat ini guru mengalami kebingungan karena seringnya gonta-ganti kurikulum yang dilakukan pemerintah. Fenomena yang terjadi saat ini, guru belum memahami betul dan mengaplikasikan kurikulum baru, sudah diganti lagi kurikulumnya.


“Serta menurut saya guru itu sekarang terlalu diribetkan mengenai hal administrasi yang lain. Jadi mengajar murid tidak terfokuskan lagi, terlalu bertele-tele,” jelas Atia kepada NU Online pada Jumat (22/11/2024).


Perempuan yang akrab disapa Fitri ini menegaskan apabila terpaksa harus ada perubahan kurikulum hendaknya pemerintah memikirkan sampai pada tahap pengaplikasian di sekolah-sekolah dan disesuaikan dengan lingkungan masing-masing.


Menurutnya, alangkah baiknya kalau guru diarahkan untuk fokus mengajar peserta didik dan menyiapkan materi-materi pembelajaran bukan malah sibuk terkait hal-hal di luar selain itu.


“Saya berharap guru di Indonesia sejahtera. Karena mengingat guru adalah seorang pendidik anak-anak bangsa. Guru yang berkualitas juga akan mempengaruhi kualitas anak saat belajar,” pungkasnya.