Pariaman, NU Online
Kemampuan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam hal menulis harus terus ditingkatkan. Dari perjalanan menghadiri berbagai kegiatan PMII di tingkat cabang dan koordinator cabang, memang masih sulit ditemui kader PMII yang mampu menulis dengan baik.
Demikian diungkapkan Tim Kaderisasi Pengurus Besar (PB) PMII Satria Efendi Tuanku Kuniang, Ahad (8/3) malam saat peluncuran dan bedah bukunya di sekretariat PMII Cabang Pariaman, Jalan M Rasyid, Kota Pariaman. Peluncuran dan bedah buku yang berjudul 'Dari Ranah Minang menuju Salemba' difasilitasi PC PMII Kota Pariaman.
Menurut Satria, setelah beraktivitas di PB PMII memang sangat dirasakan betapa pentingnya kader PMII punya kemampuan menulis, terutama menulis buku. Meski di tengah era digital di mana setiap orang bermedia sosial, namun kehadiran buku sebagai media mentransfer pengetahuan dan informasi masih sangat penting.
"Karena itu, saya mengajak kader PMII di manapun berada mulailah menulis," kata Satria, kandidat Ketua Umum PB PMII masa khidmah 2020-2022 pada Kongres PMII di Balikpapan 13-17 April mendatang.
Literasi di tubuh kader PMII memang harus terus dilakukan kader PMII. Karena aktivis harus mampu bicara, mampu menulis, dan mampu berhitung. Dari ketiga hal itu akan melahirkan pemimpin yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan ke depan. Aktivis harus digandeng dengan kemampuan literasi yang baik. Semangat literasi menulis ini dapat menjadi inspirasi bagi kader PMII yang tersebar di seluruh pengurus cabang hingga ke komisariat dan rayon.
Sementara itu, mantan Sekretaris PMII Kota Pariaman Zeki Aliwardana mengatakan, keberanian Satria Efendi Tuanku Kuniang menerbitkan buku ini patut diberikan apresiasi. Karena masih banyak aktivis mahasiswa yang malas menulis, apalagi menerbitkan buku. Padahal, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, kegiatan menulis sangat banyak terbantu.
"Jangankan menulis, membaca buku saja masih banyak kader PMII yang malas. Hal itu dapat dilihat seberapa banyak mahasiswa membeli buku dan membacanya. Saat ini, makin sulit melihat mahasiswa yang membaca buku. Hanya asyik dengan android, apakah bermain game, bermedia sosial, atau sekedar menonton tayangan yang bisa diakses di android," tutur Zeki menambahkan.
Sosok Satria melalui bukunya ini juga mengangkat local wisdom (kearifan lokal) PMII Pariaman. Selain itu juga sudah ikut berkontribusi dalam proses ber-PMII di tingkat nasional. Nama Satria Tuanku Kuniang, gelar ulama khas Pariaman sudah dipopulerkan dengan kehadiran Satria di jajaran PB PMII.
Ketua PC PMII Kota Pariaman Khairul Rianda menyebutkan, lounching dan bedah buku ini merupakan yang pertama dilakukan. Informasi dari para senior PMII Pariaman, sejak PMII Pariaman berdiri tahun 2007 belum pernah melakukan louching dan bedah buku. Apalagi buku yang tulis kader PMII yang pernah aktif di PMII Cabang Pariaman.
"Karena itu, momen lounching dan bedah buku ini jadi sejarah baru di PMII Pariaman. Mudah-mudahan ke depan ada lagi kader atau alumni PMII Kota Pariaman yang menerbitkan buku," tutur Rian didampingi sekretarisnya Ridho Setia Saputra.
Terbitnya buku ini, kata Riandi, menjadi motivasi bagi kader PMII Kota Pariaman. Diharapkan ke depan ada kader PMII Pariaman yang lain mengikutinya, sehingga ada lagi peluncuran dan bedah buku yang ditulis kader PMII Pariaman.
Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian I menampilkan sosok perjalanan Satria Efendi Tuanku Kuning Dari Ranah Minang hingga ke Salemba. Bagian II menyajikan artikel dan opini tulisan Satria yang dimuat di sejumlah media. Bagian III menyajikan Satria Effendi Tuanku Kuning dalam berita. Pada bagian ini memuat berita-berita aktivitas Satria yang ada dalam jejak rekam, baik media cetak maupun media online.
Kontributor: Armaidi Tanjung
Editor: Syamsul Arifin