Daerah

Kolaborasi Tokoh Lintas Iman dan Pesantren Olah Limbah dan Sampah Jadi Produk Layak Guna

Selasa, 5 November 2024 | 11:00 WIB

Kolaborasi Tokoh Lintas Iman dan Pesantren Olah Limbah dan Sampah Jadi Produk Layak Guna

Santri-santri Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Jatirejo, Jombang, Jawa Timur antusias menyambut tamu dari Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klasis Madiun yang datang berkunjung ke pesantren mereka pada Jumat (1/11/2024) lalu. (Foto: dok. istimewa/Rifatuz Zuhro)

Santri-santri Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Jatirejo, Jombang, Jawa Timur antusias menyambut tamu dari Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klasis Madiun yang datang berkunjung ke pesantren mereka pada Jumat (1/11/2024) lalu. 


Dipandu oleh Nyai Hj Maftuhah Mustiqowati selaku Pengasuh Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam, Puluhan Jemaat GKI Klasis Madiun memasuki lingkungan pesantren yang asri itu. "Tujuan Jemaat GKI Klasis Madiun ke PP Mamba'ul Hikam yaitu untuk belajar lingkungan dan budaya. Yang hadir 90 orang dan itu dari beberapa kota Tulungagung, Mojokerto, Madiun, Sidoarjo, Surabaya, Batu, dan Malang," ujarnya.


Kegiatan tersebut sebetulnya sudah dirancang sejak enam bulan yang lalu, ia menyebut didatangi oleh Pengurus GKI Klasis yang menyampaikan keinginannya untuk belajar pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga untuk menjadi sebuah karya. Dan ternyata saudara-saudara dari GKI Klasis ingin berinteraksi tentang apa yang telah ia lakukan bersama teman-teman lintas iman melalui lingkungan. 


Di hadapan para Jemaat, santri-santri men-display beberapa karya yang dibuat oleh santri sendiri, ada mens pad atau pembalut ramah lingkungan cuci ulang, cara membuat bros dari sampah plastik bungkus makanan, cara membuat eco break, membuat aroma teraphy dari minyak jelantah, membuat sabun dari minyak jelantah, dan membuat sabun dari eco enzim. Tamu-tamu ini melihat bagaimana santri membuatnya, dan tidak sedikit yang tertarik untuk membeli.


Sebelum mereka datang ke pesantren ini, terangnya di awal pertemuan mereka bertanya tentang bagaimana ya orang Kristen masuk pesantren? Apakah harus memakai kerudung dan mengikuti tata cara pesantren? Di situ ia menyampaikan tidak akan memaksa harus memakai kerudung, sehingga kemarin pun suasananya cair.


"Kami memang sering didatangi tamu, terutama teman-teman lintas iman. Pernah saya melakukan kegiatan terkait dengan puasa dilihat dari sudut pandang agama. Saya didatangi oleh pemimpin Kristen Ortodoks Indonesia kemudian ada dari Konghucu, Kristen, dan ada Muslim yaitu saya. Santri-santri di sini juga sudah terbiasa interaksi dengan non-muslim bahkan anak-anak kami dengan anak-anak Petra (sekolah Kristen, red) sudah seperti keluarga karena seringnya kegiatan santri Al Hikam ke Petra, dan anak-anak Petra ke Al-Hikam, mereka juga membatik bersama," tegas perempuan yang akrab disapa Bunyai Ika.


Pesantren ini sering dikunjungi tamu lintas iman baik di dalam negeri maupun luar negeri, mereka ingin belajar bagaimana merawat toleransi, kebinekaan melalui kegiatan pelestarian lingkungan. Mahasiswa dan Dosen dari Ateneo de Manila University dari Filipina, dan dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan Sinode GKJW Malang, dan masih banyak lagi lainnya.


Menurutnya memang paling nyaman berinteraksi dengan lintas iman itu ketika berbicara tentang lingkungan karena di situ semua pihak sama-sama memahami kegiatan ini tidak kemudian tiba-tiba terjadi, butuh dirawat dengan baik.


Anjuran Menjaga Lingkungan di Semua Agama

Saat Covid -19 membuat banyak pihak lockdown dan minim berinteraksi secara langsung, ia bersama pegiat lintas iman lainnya mengadakan webinar tentang mengupas dalam kitab suci masing-masing agama dalam melestarikan lingkungan. Ternyata menurutnya, di situ semua agama ada anjuran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Satu titik temu itulah kemudian yang membuat kebhinnekaan itu terjalin luar biasa.


"Anak-anak santri kami sering diminta ke GKI Jombang untuk mengajari membuat sabun, diminta GKJW Bonsorejo untuk membuat eco break, kami juga memberi keranjang sedekah sampah, kami juga membuat biopori di halaman gereja," tandasnya.


Tentu saja kegiatan seperti itu tidak datang tiba-tiba lalu terbiasa, namun sejak beberapa tahun lalu pegiat lintas iman sudah melakukan komunikasi, interaksi dan hingga toleransi melalui sesuatu yang menarik yaitu melalui lingkungan. Dan didasari sebagai umat islam dan sebagai manusia sudah semestinya untuk melestarikan dan menjaga lingkungan ini.


Kunjungan ke Klenteng dan Makam Gus Dur

Selain belajar lingkungan di Pesantren Mamba'ul Hikam, rombongan Jemaat GKI Klasis Madiun juga mengunjungi Klenteng Hong San Kiong Gudo. Di sana, santri-santri Pesantren Mamba'ul Hikam malam harinya bermain hadrah di dalam Klenteng. Bahkan mereka menyanyikan lagu Syubbanul Wathan, kolaborasi hadrah dengan alat musik dari Tionghoa yang biasa digunakan dalam pertunjukan Wayang Potehi dan bersama-sama menyanyikan lagu ciptaan KH Abdul Wahab Hasbullah tesebut.


Keesokan harinya, Sabtu (2/11/2024) rombongan Jemaat GKI Klasis Madiun berbondong-bondong berziarah ke makam Gus Dur yang dikenal sebagai bapak humanisme di Indonesia. Jemaat diantarkan oleh Koordinator Jaringan Islam Anti-Diskriminasi (JIAD) Aan Anshori. Kemudian dilanjutkan mengunjungi GKJW Ngoro, GKJW Mojowarno dan GKI Jombang.


Menurut Aan, Makam Gus Dur masih menjadi magnet terutama bagi warga Nahdliyyin. Selain terhadap orang tua, mereka juga dididik untuk menghormati para leluhur yang dianggap memiliki kedekatan dengan Tuhan. Mereka gemar berziarah kubur para wali untuk bertemu Gusti.


Berziarah ke Gus Dur, lanjut Aan, adalah sebuah perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tuhan memang membuka pintunya agar bisa ditemui siapapun dan kapanpun. Namun mereka berfikir Tuhan dianggap terlalu agung untuk didekati secara langsung. Itu sebabnya dibutuhkan semacam medium/perantara.


Kebinekaan itu bisa dirawat dari arah mana saja dan oleh siapa saja. Baik melalui lingkungan, budaya ataupun yang lainnya. Ibadah tidak hanya terbatas ritual keagamaan yang sudah runtut tatacaranya namun menjaga bumi tepat nyaman dihuni oleh anak cucu kita adalah bentuk ibadah telah melaksanakan perintah Allah sebagai khalifah fil ardh dengan sebaik-baiknya.


*) Liputan ini terbit atas kerja sama NU Online dengan LTN PBNU dan Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam (PTKI) Kementerian Agama RI