Teluk Bintuni, NU Online
Nahlatul Ulama (NU) di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat sedang mengalami perkembangan cukup pesat. Perkembangan ini bisa didasari dengan adanya berbagai badan otonom (Banom) NU yang sudah lahir di Teluk Bintuni.
Teluk Bintuni memiliki luas 20.840,83 km² dan resmi berdiri menjadi kabupaten pada tanggal 11 November 2002 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002/LN Nomor 129 Tahun 2002. Bintuni terkenal karena kekayaan minyaknya yang luar biasa.
"Menyinggung Banom NU yang sudah ada di Teluk Bintuni di antaranya Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat," jelas Wakil Ketua Ansor dan Ketua Rijalul Ansor Teluk Bintuni Agus Hasan Jazuli kepada NU Online, Rabu (25/12).
Papua Barat adalah provinsi yang cukup baik dalam bidang toleransi beragama. Menurut Hasan, itu tidak terlepas dari jasa-jasa Gus Dur. Tak pelak jika tokoh NU yang paling terkenal di Teluk Bintuni adalah Presiden RI ke-4 itu.
Bagi masyarakat asli Papua Barat, cucu Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari ini adalah sosok yang luar biasa. Ajaran-ajaran Gus Dur banyak diterapkan di bumi Papua Barat.
Efeknya, masyarakat Muslim maupun non-Muslim berdampingan dan bertetangga di sini. Bahkan masjid dan gereja saling Berdampingan dan masyarakatnya hidup damai setiap hari.
"Ketika ada isu rasisme beberapa waktu lalu di daerah lain, alhamdulilah khusus Kabupaten Teluk Bintuni aman, damai. Ini membuktikan bahwa rukun beragama di Teluk Bintuni sangat luar biasa," tambahnya.
Menurut alumni Universitas KH A Wahab Hasbullah Tambakberas Jombang ini sebenarnya warga Muslim Teluk Bintuni asli Papua atau pendatang sudah beramaliyah NU sperti umumnya di Pulau Jawa. Hanya saja karena kurang pemahaman mereka tentang keorganisasian ke-NU-an membuat mereka bertanya-tanya dalam benak diri mereka 'saya NU atau bukan'.
Kini jumlah kader NU terus bertambah, anggota Banser diperkirakan ada sekirar 150 anggota, Fatayat kurang lebih 350 anggota dan Muslimat sebanyak 250 anggota.
Kegiatan NU Pun terus berjalan lancar. Setiap seminggu sekali pengurus NU menggelar istighotsah dan barzanji. Pengurus NU setempat juga terlibat dalam program mendukung pemerintah setempat seperti kegiatan keagamaan, bakti sosial maupun di sektor pendidikan.
"Para pejuang NU di sini selain penduduk lokal ya alumni pesantren yang ikut transmigrasi ke Papua Barat. Mereka gerak cepat untuk mempersatukan warga NU seperti H Sarminto dan Kiai Imam Syafi'i," tutur Hasan.
Gus Hasan sendiri berasal dari Provinsi Riau dan alumni Pesantren Kiai Mojo Jombang yang diasuh KH Imron Jamil. Ia datang ke Papua Barat karena permintaan dari gurunya. "Atas perintah guru yaitu Syuriah NU Riau KH Ridwan Al-Bukhori," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin