Ustad Ahmad Syaifuddin saat mengisi materi pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi), di Aula Gedung PCNU Pringsewu, Lampung, Ahad (28/02)
Pringsewu, NU Online
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam
permasalahan. Hal ini sebagai konsekuensi interaksi dengan lingkungan yang kadangkala
mengikis kesabaran dan akhirnya melahirkan sifat amarah dalam diri manusia.
"Sifat
marah adalah sifat dasar manusia. Tidak ada manusia yang tidak mempunyai sifat
marah. Manusia yang tidak punya marah itu malaikat yang berwujud manusia. Namun
manusia yang kerjannya marah terus itu Iblis yang berwujud manusia," kata
Ustadz Ahmad Syaifuddin saat mengisi materi pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi), di
Aula Gedung PCNU Pringsewu, Lampung, Ahad (28/2).
Ustadz Syaiful, demikian ia disapa,
menerangkan dengan merujuk hadits Nabi nomor 16 pada kitab Arbain Nawawi bahwa
Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umatnya agar senantiasa menahan
amarah dalam menghadapi setiap persoalan.
"Marah boleh. Yang tidak
diperbolehkan adalah marah-marah. Karena marah-marah itu seperti bara api yang
membakar manusia," tegasnya.
Menurut Imam Al-Ghazali, kemarahan merupakan
pembuka segala keburukan dan dapat menghilangkan kebaikan. Lalu bagaimana
menghilangkan kemarahan yang sering muncul di tengah problematika kehidupan?
"Jika rasa marah datang
menghampiri maka duduklah, jika belum hilang berebahlah, jika belum hilang
berwudhulah, jika belum hilang shalatlah, jika belum hilang bacalah Al-Qur'an.
Insyaallah rasa marah yang membuncah akan sirna," katanya.
Ustadz Syaiful menekankan, manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan tidak memiliki kekuasaan apa-apa.
"Orang yang suka marah-marah itu merasa banyak wewenang, banyak kekuasaan.
Mereka merasa bisa apa-apa dan punya apa-apa. Padahal tidak," terangnya.
Ia juga mengingatkan jamaah agar
senantiasa menanamkan sifat sabar dan selalu menebar kebaikan kepada sesama. "Tebarkan kebaikan dan peganglah prinsip bahwa kebaikan apa pun yang
dilakukan jangan ada terbersit keinginan untuk mendapat pamrih dan dipuji oleh
orang lain," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Zunus)