Menggali Esensi Kemerdekaan di Kalangan Milenial menurut Ketua ISNU Pidie Aceh
Kamis, 17 Agustus 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi: Milenial harus menyadari makna kemerdekaan dan mengupayakan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya (Foto: Freepik)
Pidie, NU Online
Kemerdekaan merupakan nikmat yang menjadikan kita terbebas dari berbagai belenggu. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat-nikmat yang lain. Dengan nikmat kemerdekaan, bangsa Indonesia dapat merasakan nikmatnya beribadah dengan leluasa.
"Era milenial seperti saat ini, negeri kita tahun ini sudah berumur 78 tahun Kemerdekaan tepat 17 Agustus 2023, tentunya dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya belajar dan mengajar. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat menikmati kebersamaan kita sebagai saudara-saudara seagama, sebangsa dan setanah air. Dan dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa membangun negeri ini secara bersama-sama," ungkap Tgk Nanda Saputra Ketua ISNU Pidie, Aceh, kepada NU Online, Senin (14/8/2023).
Menurut pria yang akrab disapa Gus Nanda itu, kemerdekaan harus dirawat dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya. "Jangan sampai nikmat yang agung ini terlepas dari kita. Bagaimana cara merawat dan melestarikannya? Dengan cara terus membangun negeri ini dan memperbaikinya," ujarnya.
"Kita mulai dengan membangun dan memperbaiki diri dan keluarga kita. Lalu meluas ke masyarakat. Ibarat sebuah bangunan, maka Indonesia terdiri dari banyak sekali batu-bata dan komponen-komponen lainnya. Kita dan keluarga kita adalah salah satu dari batu-bata negeri ini. Jika semua batu-bata dan komponen lainnya baik dan kuat, maka bangunan negeri ini akan kuat juga sebaliknya," beber Gus Nanda.
Gus Nanda mengatakan, tidak kalah penting dari perayaan HUT Kemerdekaan adalah merenungi kembali perihal kemerdekaan manusia itu sendiri. "Sudahkah kita menjadi manusia merdeka? Atau sebaliknya, kita justru masih ditawan oleh hawa nafsu yang hina?" tanyanya mengajak merenung.
Salah seorang ulama terkemuka dari kalangan Syafi'i, yakni Syekh Zakaria al-Anshari dalam salah satu karyanya al-Ghararul Bahiyyah fi Syarhil Bahjah al-Wardiyyah, mengutip salah satu syi'ir yang layak untuk dijadikan renungan bersama perihal kemerdekaan seorang hamba. Menurutnya, barometer seorang hamba bisa dikatakan merdeka jika ia sudah bisa menerima semua yang ada pada diri kita (qana'ah), dan tidak tamak pada hal-hal yang tidak ada pada dirinya.
Direktur Penerbit Muhammad Zaini itu menjelaskan bahwa menerima apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt merupakan puncak tertinggi dari kemerdekaan setiap orang. Orang-orang yang sudah bisa merasa cukup dengan apa yang dimilikinya tidak lagi dikekang dan dibelenggu oleh keinginan-keinginan nafsunya. Bahkan mereka sendiri yang akan mengontrol nafsu tersebut untuk selalu menerima apa yang telah menjadi ketetapan-Nya. Inilah kemerdekaan sesungguhnya bagi diri setiap manusia.
Baca Juga
3 Ayat Al-Qur'an tentang Nasionalisme
"Begitu juga sebaliknya, rakus dan selalu berharap pada apa yang tidak dimilikinya akan menjadikan manusia sebagai hamba sahaya. Ia tidak lagi bisa mengontrol dirinya, namun dikontrol hawa nafsunya. Perbuatan apa pun akan dilakukan demi memuaskan hawa nafsunya. Dan, inilah yang disebut sebagai orang yang tidak merdeka," sambungnya.
Gus Nanda menambahkan esensi kemerdekaan bagi kaum milenial memiliki makna yang mendalam dan penuh inspirasi. Masyarakat dapat mengambil pelajaran berharga dari perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya untuk mencapai kemerdekaan.
"Kemerdekaan berarti selalu berjuang untuk hidup yang lebih baik. Para pahlawan telah menunjukkan kegigihan dalam meraih kehidupan yang merdeka. Generasi milenial perlu melihat tantangan zaman sekarang, seperti ancaman kesehatan, tekanan dalam bekerja, rasa malas, dan kebiasaan boros. Semua itu harus dihadapi dengan semangat perjuangan untuk mencapai visi hidup yang lebih baik, seperti memulai keluarga, naik jabatan, memiliki bisnis sendiri, atau memiliki rumah dan kendaraan pribadi," ujarnya.
Generasi millenial menurut Gus Nanda dalam memaknai kemerdekaan berarti berani mencoba hal-hal baru dalam hidup. Para pahlawan tidak berdiam diri saat dijajah, melainkan berani mengambil keputusan sulit dan mencoba hal baru.
"Generasi milenial harus mengatasi rasa takut dan mengambil risiko dengan bijaksana jika ingin mencapai hal-hal baru dalam hidup. Pertimbangkan pro dan kontra, kemudian lakukan dengan keyakinan bahwa langkah tersebut akan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain," tegasnya.
Sosok pria yang juga Direktur Pedir Reseach Institut ini mengajak generasi milenial untuk merayakan Hari Kemerdekaan dengan berbuat baik dan mengisi hidup dengan hal-hal positif yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. "Jangan lupa, generasi muda merupakan harapan bangsa. Mari bersama-sama membangun Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan berdaya saing di dunia," pungkasnya.