Daerah

Nekat, Begini Cara MWCNU Pacet Membangun Sekretariat

Sabtu, 18 November 2017 | 14:16 WIB

Bandung, NU Online 
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Pacet sedang membangun gedung sekretariat di Desa Pangauban sejak enam bulan lalu atau pada Mei tahun ini. Hingga saat ini, pembangunan masih terus berlangsung dan masih belum rampung.  

Sekretaris MWCNU Engan Abdul Wahid menceritakan, pembangunan gedung tersebut dimulai masa kepengurusan periode 2015-2020 di bawah kepemimpinan Rais Syuriyah MCNU KH Masluh Sakandari dan Ketua MWCNU KH Abdul Ghani. 

“Sebelumnya, MWCNU mengontrak sebuah rumah di Wanir, desa Maruyung, sebagai sekretariat. Kemudian pada Konferensi Wakil Cabang tahun 2015, para pengurus NU Pacet bertekad untuk membuat sekretariat milik sendiri,” katanya ketika ditemui di lokasi sekretariat itu, Desa Pangauban, Sabtu (18/11). 


Lalu, pada Musyawarah Kerja MWCNU di pondok pesantren Asyiroji Sinapeul, beberapa bulan setelah Konfercam, para pengurus memutuskan hanya memprioritaskan tiga program, pertama, membangun gedung sekretariat, kedua, merestrukturiasi kepengurusan, ketiga, turba ke Ranting-Ranting melalui pengajian. 

Tokoh NU Pacet, lanjut Engan, yaitu KH Didin Saepudin Ibad merespon cita-cita pembangunan kantor dengan mewakafkan tempatnya seluas 280 m persegi beberapa bulan selepas Muskercam. 

“Beliau memang selalu support untuk NU Pacet,” tambahnya menjelaskan Kiai Didin yang merupakan pimpinan pondok pesantren Baiturrosyad, Mustasyar MWCNU Pacet, dan anggota DPRD Kabupaten Bandung dari Partai Kebangkitan Bangsa. 

Kemudian pada Mei 2017 peletakkan batu pertama pembangunan sekretariat itu oleh Rais Syuriyah MWCNU Pacet KH Masluh Sakandari didampingi Ketua MWCNU Pacet KH Abdul Ghani. 

Pada waktu itu, MWCNU hanya memiliki uang Rp 4,5 juta, sisa biaya Muskercam. Uang itu kemudian langsung dibelikan untuk bahan bangunan seperti besi, semen, pasir, dan paralon. 

“Waktu itu kami nekat saja dengan uang 4, 5 juta. Tapi saat ini telah menghabiskan dana kurang lebih 153 juta Rupiah. Bangunan itu rencananya dua lantai, baru terlaksana 30 persen, baru pengecoran lantai pertama,” jelas Ketua Pelaksana Pembangunan MWCNU Pacet itu.  


Uang sebesar itu didapat dari para pengurus dan simpatisan, serta warga NU sendiri dari 13 Ranting melalui iuran pengajian rutin. Warga NU dari Ranting itulah merupakan penyumbang terbesar pembangunan itu, yaitu sekitar Rp 110 juta. 

Lebih lanjut, Engan menambahkan, pembangunan itu terus digenjot, kecuali pada Juli dan Agustus karena memasuki bulan puasa. Selepas puasa, pembangunan kembali dilanjutkan. 

“Ketika mengecor, para santri, Ansor, Banser, banom-banom NU lain dan masyarakat turut serta membantu, termasuk Ketua MWCNU Kang Haji Deni,” lanjutnya. 



Wakil Sekretaris MWCNU Pacet A. Hasan Nurhuda menambahkan, nantinya gedung sekretariat itu akan menjadi pusat kegiatan dan kaderisasi NU dan menjadi kantor banom-banomnya. Malahan akan disediakan satu kamar untuk tamu menginap.

“Ada ruang musyawarah di lantai dua,” pungkasnya. 

Ketua MWCNU Pacet KH Abdul Ghani mengucapkan terima kepada seluruh pengurus NU beserta banom-banomnya, serta seluruh warga NU kecamatan Pacet yang telah mengulurkan tangan dalam pembangunan sekretariat itu. 

“Pembangunan ini masih panjang karena baru 30 persen dan biaya yang harus dikeluarkan masih banyak, sekitar 300 jutaan. MWCNU mengharapkan para dermawan, baik warga NU di kecamatan Pacet maupun di luar kecamatan Pacet untuk membantu penyelesaian pembangunan itu,” harapnya. (Abdullah Alawi) 


Terkait