Pasca-Banjir Besar, Aceh Tamiang Masuk Fase Genting: Sudah Melampaui Kapasitas Daerah
Rabu, 3 Desember 2025 | 21:00 WIB
Aceh Tamiang, NU Online
Situasi pasca banjir besar di Aceh Tamiang memasuki fase yang semakin genting. Lebih dari 310.000 jiwa terdampak dan banyak di antaranya masih berjuang bertahan hidup tanpa pasokan logistik memadai. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa bencana ini telah berkembang menjadi krisis kemanusiaan berskala nasional.
Hingga Selasa (2/12/2025), sejumlah wilayah, terutama kawasan pedalaman dan perbukitan, masih terisolasi. Sebagian warga bertahan di lantai dua rumah mereka karena ketinggian air belum sepenuhnya surut. Mereka hidup tanpa makanan layak, minim akses air bersih, serta tanpa pelayanan kesehatan dan komunikasi yang memadai.
“Ini bukan situasi yang bisa ditangani hanya oleh daerah. Kondisinya sudah sangat darurat,” ujar Tarmizi, Pembina PC GP Ansor Aceh Tamiang. Suaranya tegas, namun tetap menyiratkan kegelisahan atas situasi yang ia sebut sebagai bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut.
Menurut Tarmizi, kondisi infrastruktur memperburuk situasi. Jalur darat lumpuh total akibat longsor, sejumlah jembatan penghubung rusak, dan alat berat tidak dapat dioperasikan karena ikut terendam. Listrik padam dan jaringan telekomunikasi mati di banyak titik, membuat koordinasi semakin terhambat.
“Ada kecamatan yang sampai hari ini belum tersentuh bantuan. Bayangkan, sudah lima sampai enam hari warga bertahan tanpa logistik,” tegasnya.
Relawan Ansor di lapangan melaporkan bahwa 12 kecamatan masih sepenuhnya terisolir. Satu-satunya akses hanya melalui sungai menggunakan perahu, namun armada sangat terbatas. Debit air yang tidak stabil juga membuat perjalanan menjadi berisiko tinggi.
Kapasitas Daerah Sudah Terlampaui
Tarmizi menjelaskan bahwa pemerintah daerah, BPBD, TNI, Polri, serta relawan telah bekerja tanpa henti sejak hari pertama banjir. Namun luasnya wilayah terdampak serta keterbatasan sarana membuat distribusi bantuan berjalan lambat. “Ini sudah melampaui kapasitas daerah,” jelasnya.
Ia mendesak pemerintah pusat segera mengambil langkah darurat, termasuk pengiriman logistik melalui helikopter, pendirian rumah sakit lapangan, pengerahan tim SAR nasional, serta pembentukan komando terpadu untuk evakuasi dan distribusi bantuan.
“Kalau pusat tidak turun tangan sekarang, kita khawatir korban akan bertambah dan banyak yang tidak sempat diselamatkan,” ujarnya.
Ancaman Pascabencana Masih Mengintai
Tarmizi memperingatkan bahwa meskipun air nantinya surut, ancaman berikutnya, seperti kelaparan, penyakit pascabanjir, hingga risiko kematian, masih sangat besar.
“Ini bukan waktunya menunggu laporan administrasi. Ini waktunya negara hadir, bukan hanya lewat layar, tetapi di lapangan,” tegasnya.
Ia menutup keterangannya dengan seruan agar perhatian nasional segera diarahkan ke Aceh Tamiang. “Tolong bantu Aceh Tamiang. Jangan sampai tragedi ini tercatat sebagai sejarah kelam yang sebenarnya bisa dicegah,” pungkasnya.
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.