Jember, NU Online
Peredaan buku IPS kelas 6 SD yang berisi penyebutan Yerusslaem sebagai ibu kota Israel, diduga ada kesengajaan dari pihak-pihak tertentu. Sebab, buku tersebut sudah beredar cukup lama, yaitu sejak tahun 2008.
Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan menanggapi riuhnya tentang peredaran buku tersebut. PCNU merasa gerah dengan kasus tersebut.
Menurutnya, tidak masuk akal jika itu disebut sebagai kekhilafan, apalagi kesalahan cetak.
"Saya tidak tahu motifnya apa. Tapi yang pasti sulit dibantah bahwa itu tidak ada unsur kesengajaan," ucapnya kepada NU Online di Jember, Jumat (15/12).
Menurutunya, pihak penerbit tidak cukup hanya minta maaf, lalu dianggap selesai. Aparat penegak hukum perlu mencari adanya kemungkinan unsur tindakan pidananya dalam kasus tersebut.
Dikatakannya, penyebutan Yerussalem sebagai ibu kota Israel jelas melukai hati umat Islam Indonesia dan bangsa Indonesia yang sejak lama mendukung perjuangan rakyat Palestina. Bahkan dalam KTT OKI, Presiden Joko Widodo ikut menegaskan bahwa Yerussalem adalah ibu kota Palestina.
"Makanya selain bukunya ditarik secepatnya, pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan buku itu harus bertanggung jawab," lanjutnya.
Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur itu juga menyayangkan ketidakpekaan Dinas Pendidikan Jawa Timur dan pihak-pihak terkait dalam mengawasi buku yang beredar di sekolah-sekolah. Karena tidak peka atau memang lalai, sehingga buku yang seharusnya tidak dibaca, beredar hingga bertahun-tahun.
"Ironi, itu kesalahan fatal," pungkasnya. (Aryudi A Razaq/Abdullah Alawi)