Tegal, NU Online
Masih rendahnya budaya literasi dikalangan kader muda NU menjadi perhatian sendiri bagi Pengurus Ranting NU Desa Grobog Wetan Kecamatan Pangkah dengan meluncurkan 'Pojok Baca Nahdliyin KH Ma'arif', Senin (5/10) lalu.
Peresmian Pojok Baca Nahdliyin dilakukan oleh Ketua Ranting NU Grobog Wetan KH Masruhi bersama Badan otonom NU Ranting Grobog Wetan. Selain itu juga diikuti mahasiswa KKN UIN Wali Songo Semarang yang turut mendonasikan buku ke Pojok Baca Nahdliyin.
Ketua NU Ranting Grobog Wetan KH Masruhi mengingatkan pentingnya budaya literasi khususnya bagi kader muda NU / pelajar NU yang tergabung dalam IPNU-IPPNU Grobog Wetan. Karena, menurutnya, Nabi Muhammad SAW pun wahyu yang pertama kali diturunkan adalah Iqro, yang berarti membaca.
"Maka saya berpesan agar kader-kader pelajar NU lebih sering membaca terkhusus buku-buku tentang Amaliyah NU agar tidak salah haluan," pesannya.
Ustadz Abdul Munif dalam tausiyahnya mengulas pentingnya ber NU lewat literasi agar kaum muda tidak terpengaruh oleh faham-faham Takfiri tentang amaliyah NU yakni melalui media membaca buku.
"Kenapa pentingnya Ber-NU? karena mbah KH Hasyim Asy'ari sanad keilmuannya sampai runtutannya ke Nabi Muhammad SAW. Itulah kenapa pentingnya Ber-NU," tandas kader muda NU itu.
Acara peluncuran digelar di rumah Adi Alba Kader Ansor Grobog Wetan itu dihadiri 100 orang dari unsur Banom NU setempat dan Mahasiswa KKN UIN Wali Songo Semarang. Acara ditandai pengguntingan pita melati dan pemotongan tumpeng dan doa penutup dipimpin oleh Kiai Khoiron, Ulama sepuh Desa Grobog Wetan Kecamatan Pangkah.
Penggagas sekaligus Koordinator Pojok Baca Nahdliyin Kabupaten Tegal Adi Alba kepada NU Online, Rabu (7/10) menuturkan, pojok baca Nahdliyin bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi di kalangan pelajar NU.
"Budaya literasi di kalangan pelajar NU masih rendah, sehingga hadirnya pojok baca itu diharapkan bisa memperkuat pengetahuan terkhusus ber-NU secara kaffah," ujarnya.
Hal itu lanjutnya, agar tidak mudah terhasut oleh ajakan-ajakan wis ora usah NU NU nan (tidak usah ber-NU) yang sering menjadi hasutan tahap menuju Islam garis keras yang kemudian berkembang menjadi Takfiri yang suka mengkafirkan dan membid'ahkan amaliyah NU.
"Maka diperlukan medianya yaitu dengan meningkatkan dunia literasi melalui pojok baca Nahdliyyin ini. Alhamdulillah di pojok baca tersebut sudah ada buku sekitar 300 judul buku dan 30% buku tersebut tentang amaliyah, fikrah, harakah NU tentang pentingnya ber-NU," pungkasnya.
Kontributor: Rizqon, Nurkhasan
Editor: Abdul Muiz