Solo, NU Online
Satu momen indah terjadi sesaat setelah berakhirnya drama adu penalti, dalam pertandingan Final Liga Santri Nusantara (LSN) U-17 Zona Jateng 1, yang mempertemukan Pondok Pesantren Walisongo Sragen dengan Mambaul Hikmah (MH) Selogiri Wonogiri, Senin (21/8) lalu.
<>
Setelah memastikan juara, para pemain Walisongo yang mengenakan kaos biru larut dalam kegembiraan. Sedangkan, para santri MH terlihat sedih. Beberapa official tim MH terlihat sibuk menenangkan pemain agar tidak terlalu larut dalam kekalahan.
Suka-duka bercampur di dalam lapangan. Namun, tidak di pinggir lapangan. Kedua pengasuh pondok yang kebetulan hadir pada kesempatan tersebut, saling menghampiri untuk kemudian berjabat tangan diiringi senyuman.
“Sejak awal, saya katakan tidak penting menang atau kalah. Yang terpenting dari pertandingan ini, adalah terjalinnya silaturahim dan sportivitas,” tutur Pengasuh Pesantren Mambaul Hikmah, KH Abdul Aziz Mahfuf.
Menurut Rais Syuriyah PCNU Wonogiri itu, kedua hal tersebut penting untuk pembentukan karakter para santri. Senada dengan Kiai Aziz, Pengasuh Pesantren Walisongo KH Ma’ruf Islamuddin mengatakan harapannya dengan adanya turnamen sepakbola antarpesantren ini.
“Kita harapkan dari partisipasi ini, dapat mengolahragakan pesantren, yang selama ini mungkin masih ketinggalan. Yang tidak santri aja bisa, mestinya santri juga bisa!” tandasnya.
Di akhir pertandingan, layaknya tradisi di pesantren, dengan cara berbaris antri para pemain dan pendukung kedua tim, bersalaman mencium tangan kedua pengasuh dan saling berjabat tangan antarsantri. (Ajie Najmuddin/Mahbib)
Foto: Pengasuh Pesantren Mambaul Hikmah, KH Abdul Aziz Mahfuf (baju putih) dan Pengasuh Pesantren Walisongo KH Ma’ruf Islamuddin (baju hitam) berfoto bersama usai pertandingan