Daerah

Santri dan Pengasuh Ponpes Keracunan Makanan

Rabu, 19 Oktober 2005 | 14:19 WIB

Nganjuk, NU Online
Sedikitnya 41 orang santri dan empat pengurus Pondok Pesantren Darus Sholohin, Dusun Bagbogo, Kelurahan/Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jatim, Rabu dilarikan Puskesmas akibat keracunan makanan saat berbuka puasa.

Rohmat, salah satu pengurus yang menderita keracunan, menuturkan bahwa dirinya mulai merasa mual, tubuh panas, dan pusing-pusing setelah mengonsumsi makanan yang dimasak para santrinya.

<>

"Saya pikir hanya saya saja, tetapi ternyata para santri dan beberapa rekan pengurus lainnya mengalami hal yang sama setelah makan makakanan yang sama dengan mereka," ujarnya.

Ia pun mengeluhkan perutnya mual-mual disusul kemudian dengan buang air besar seperti halnya penyakit diare. Petugas kesehatan dari Puskesmas Tanjunganom dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk sedang melakukan survei epidemologi di tempat para santri bermukim.

Akibat terbatasnya tempat perawatan yang ada di puskesmas tersebut, beberapa korban keracunan terpaksa dibiarkan menumpuk di tempat-tempat tidur yang ada serta di ruang tunggu puskesmas.

Menurut keterangan Kepala Puskesmas Tanjunganom dr Kristina Sulitiyowati jumlah tempat tidur yang ada di puskesmasnya hanya 12 unit.

"Dan apabila nanti ternyata ada korban yang kondisinya mengkhawatirkan maka terpaksa akan kami rujuk ke RSUD Kertosono atau ke RSUD Nganjuk," imbuhnya.

Sedang dr Lilik Ishariyati, dokter Puskesmas menambahkan bahwa dari hasil pemeriksaan awal diketahui kalau pada umumnya tubuh para santri hanya mengalami panas cukup tinggi.

Diduga hal itu akibat meningkatnya suhu tubuh dikarenakan adanya infeksi yang berasal dari kuman bakteri makanan. "Namun ini sifatnya masih sementara karena hasil pemeriksaan pada korban akan kami teliti lebih lanjut," ujarnya.

Sementara Penanggung jawab Ponpes Darus Sholihin, Irfan Tamwufi mengatakan pihaknya berusaha memberitahu peristiwa tersebut kepada para orang tua santri yang berasal dari berbagai daerah itu melalui telepon.

"Kami tetap bertanggung jawab atas musibah ini, tetapi bagaimanapun juga kami harus memberitahukan hal ini kepada para wali santri untuk tetap tenang," katanya.

Menurut Irfan para santri yang menderita keracunan umumnya adalah para santri berusia antara empat hihgga 12 tahun yang masih duduk di bangku TK dan SD Islam di lingkungan ponpes tersebut. Namun demikian saat ditanya lebih lanjut mengenai penyebab keracunan itu, Irfan belum berani memastikan.(ant/mkf)


Terkait