Daerah

Tahun Ini Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi Genap 100 Tahun

Kamis, 26 Maret 2020 | 04:15 WIB

Tahun Ini Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi Genap 100 Tahun

Gerbang pondok pesantren Al-Masthuriyah, Tipar, Kabupaten Sukabumi. (Foto: NU Online/Daden Sukendar)

Jakarta, NU Online 
Pada 1 Januari 1920 Masehi, KH Muhammad Masthuro mendirikan sebuah pesantren yang kemudian bernama Al-Masthuriyah. Sampai pada titik usia 100 tahun, tentu merupakan capaian yang luar biasa bagi sebuah lembaga pendidikan yang terbilang tertua di Sukabumi. 

Selama seratus tahun itu, sebuah lembaga pendidikan tentu melewati banyak hal, tantangan dan rintangan, pengalaman pahit dan manis serta sepak terjang pendiri dan para penerusnya. Tentang hal itu, termuat dalam sebuah buku yang didedikasikan untuk peringatan 100 Tahun Al-Masthuriyah oleh salah seorang tenaga pendidik pada Satuan Pendidikan STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Al-Masthuriyah atas nama Daden Sukendar.

Daden adalah Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PCNU Kabupaten Sukabumi  dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sukabumi.  

“Alhamdulilah, satu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai alumni Al-Masthuriyah saat dipercaya untuk menyusun buku tentang Al-Masthuriyah yang kami beri judul Kisah Indah Al-Masthuriyah,” ungkapnya ketika dihubungi NU Online, Kamis (26/3).

Menurut Daden, buku tersebut disusun selama rangkaian peringatan 1 Abad Al-Masthuriyah yang ia himpun dari dokumen dan pengalaman pribadi selama menuntut ilmu di Al-Masthuriyah hingga saat ini, serta melalui wawancara dengan para masyayikh keluarga besar Al-Masthuriyah, para alumni baik mutaqaddimin (alumni senior), mutawasithin (alumni generasi menengah), maupun mutaakhirin (alumni terkini). 

Buku ini selain memuat perjalanan hidup sepak terjang pendiri dalam membangun pesantren beserta kiprah istri dan para penerusnya, juga memuat hal penting yang selama ini menjadi spirit pengelolaan pesantren berupa 6 butir wasiat KH M. Masthuro sebelum beliau wafat yang disampaikan kepada putra-putri dan mantunya: 

Kudu ngahuji dina ngamajukeun pasantren, madrasah. ulah pagirang-girang tampian; 2). ulah hasud; 3). Kudu nutupan kaaeban batur; 4). Kudu silih pikanyaah; 5). Kudu boga karep sarerea hayang mere; 6). Kudu mapay tharekat anu geus dijalankeun ku Abah. 

Disamping itu kata Daden, di buku yang terdiri sekitar 140 halaman tersebut berisi kisah menarik dari para alumni yang menyatakan bahwa al-maghfurlah KH M. Masthuro tidak hanya mengajarkan ilmu agama dan umum, namun juga mem berikan pendidikan tentang kehidupan terutama dalam dakwah di tengah-tengah masyarakat kepada santri-santrinya yang dilanjutkan oleh para penerusnya. 

“Penyusunan buku ini hanya sebagian kecil dari rangkaian peringatan 1 Abad al-Masthuriyah, banyak hal menarik penuh hikmah di dalamnya,” ungkapnya lagi.
 
Perlu diketahui, pesantren Al-Masthuriyah pernah melahirkan seorang Wakil Rais Aam PBNU almghfurlah KH Fakhruddin Masthuro mendampingi Rais Aam KH M.A. Sahal Mahfudh. 
 
Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan