Daerah

Tak Banyak, Tiga Program MWCNU Pacet Ini Sukses Terlaksana

Sabtu, 18 November 2017 | 12:58 WIB

Bandung, NU Online
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung periode 2015-2020 hanya memiliki tiga program. Mereka bukan tidak memiliki banyak cita-cita, tapi membuat prioritas untuk tiga hal itu.

“Waktu Konfercam (Konferensi Kecamatan) itu tidak banyak program, satu ingin membuat kantor, kedua, merestrukturiasi kepengurusan, ketiga, turba melalui pengajian,” kata Sekretaris MWCNU Engan Abdul Wahid di kediamannya, Yayasan Pendidikan Islam Al-Halimiyah, Desa Maruyung, Sabtu (18/11).

(Baca: Sowan PBNU, NU Pacet Rencanakan Pelatihan Muharrik Masjid)

Program pertama, saat ini MWCNU dalam proses membangun gedung sekretariat sebagai pusat kegiatan, lokasinya di desa Pangauban. Kantor yang dibangun sejak Mei tahun ini baru selesai 50 persen.

Kedua, kata dia, merestrukturisasi pengurus NU se-kecamatan NU Pacet, termasuk di Ranting-Ranting NU.

Restrukturasi di sini, sambungnya, adalah mendorong kembali pengurus-pengurus yang tidak aktif agar menjadi aktif, yang aktif menjadi lebih aktif. Juga mengaktifkan serta membentuk Ranting yang belum terbentuk. Pembentukan dilakukan melalui pendekatan-pendekatan kepada tokoh masyarakat, pengasuh pondok pesantren, dan kiai.

“Alhamdulillah mereka merespon dengan cepat, yang tidak aktif menjadi aktif, yang belum terbentuk mengadakan musyawarah pembentukan Ranting. Alhamdulillah hari ini seluruh Ranting di 13 desa sudah terbentuk,” tambahnya.

Ketiga, lanjut Engan adalah program turba dengan pengajian rutinan di setiap Ranting. Di Ranting itu, mereka bekerja sama dengan DKM masjid-masjid besar untuk menjadwalkan pengajian bulanan tersebut secara bergiliran.

“Setiap bulan, pengurus MWCNU harus menghadiri tiga sampai empat pengajian yang dilakukan Ranting. Tiap minggu selalu ada. Alhamdulillah pengajian rutin Ranting selalu dihadiri ratusan warga NU, baik ibu-ibu maupun bapak-bapak,” jelasnya.

Wakil Sekretaris MWCNU Pacet A. Hasan Nurhuda menambahkan, format turba itu adalah ceramah dan tanya jawab serta penguatan kelembagaan untuk pengurus. Pada setiap pengajian biasanya diisi oleh beberapa kiai, termasuk kiai Ranting.

“Kita memberdayakan kiai Ranting untuk tampil. Di sisi lain setiap pengurus MWCNU yang tidak bisa hadir harus ada yang mewakili agar komunikasi antara MWCNU dan Ranting selalu terjalin dengan baik.”

Lebih lanjut ia mengapresiasi daya juang pengurus dan warga NU Pacet dalam menggerakkan NU, terutama Rais Syuriyah MCNU KH Masluh Sakandari dan Ketua MWCNU KH Abdul Ghani.


(Baca: Ribuan Santri Pacet Ngariung di Lapangan Cipeujeuh)

“Di bawah kepemimpinan beliau, meski tidak banyak program, tapi berjalan dengan baik.” (Abdullah Alawi)




Terkait