Suasana kompleks asrama/bilik santriwati Pesantren IBU di Pakusari, Kabupaten Jember usai direnovasi setelah dihantam banjir. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Jember, NU Online
Hujan deras yang kerap mengguyur Jember, Jawa Timur belakangan ini menyebabkan banjir di banyak tempat. Salah satu lokasi yang menjadi sasaran banjir adalah kompleks Pondok Pesantren Islam Bustanul Ulum (IBU), Desa/Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember Jawa Timur. Bahkan pesantren yang diasuh oleh Ustadz H Mochammad Hafidi ini, tiga kali diterjang banjir, yakni tanggal 27 dan 29 Januari 2021, serta tanggal 5 Februari 2021.
“Bagaimana lagi, banjir tak bisa ditolak,” ucap Ustadz Hafidi dikediamannya, Ahad (28/2).
Kompleks Pesantren IBU, khususnya bilik santriwati memang agak rawan banjir. Sebab, bilik yang terletak di belakang rumah pengasuh itu, memang dibelah oleh sungai. Di atas sungai tersebut sebagian dicor yang difungsikan sebagai halaman bilik santriwati. Sebagian lagi, hanya ditutup dengan batangan besi yang diformat segi empat untuk tempat kurung aneka burung dan ayam alas. Maka jadilah sungai itu sebagai ruang terbuka hijau yang cukup indah. Gemericik suara air di sungai tersebut, menambah asyik saat bersantai atau pun sekadar lewat di atasnya untuk beraktivitas.
Namun saat hujan deras melanda beberapa waktu lalu, air sungai tersebut meluap. Ketika itu tidak ada lagi keindahan. Yang ada adalah asrama santriwati diterjang air bah yang meluap dari sungai tersebut. Banjir yang terakhir, cukup dahsyat, dan mengakibatkan sejumlah bangunan tercabik banjir, sebagian lagi roboh. Untung, pengurus cepat mengambil langkah penyelamatan, bahkan Dandim 0824 Jember, La Ode Nurdin ikut turun tangan bersama Koramil dan anggota Polsek Pakusari, sehingga tidak ada korban jiwa.
“Kami bersama masyarakat, berusaha mengevakuasi santri, dan semuanya selamat, tapi kalau barang-barang di dalam bilik tidak bisa diselamatkan,” jelasnya.
Kendati demikian, hantaman banjir tersebut tak membuat pengasuh dan pengurus pesantren, merana. Mereka bangkit untuk merenovasi bangunan yang telah rusak itu. Sebab, tidak mungkin santri dipulangkan terlalu lama karena harus menjalani kegiatan pesantren dan sekolah.
“Kami targetkan 18 hari harus selesai renovasi bangunan yang terkena banjir itu,” ungkap Ustadz Hafidi.
Pengasuh dan pengurus pesantren serta masyarakat, bahu-membahu merenovasi bilik santriwati itu. Hujan yang kerap datang tak membuat mereka berhenti bekerja sejak pagi hingga petang. Dan akhirnya, renovasi itu rampung tepat waktu.
“Kemarin lusa 308 anak santri yang dipulangkan, alhamdulillah sudah kembali. Sekarang anak-anak sudah tersenyum, dan siap-siap menjalani sekolah tatap muka,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin