Jombang, NU Online
Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, KH Husein Ilyas menyebut ada tiga kotoran hati yang seringkali dimiliki oleh kebanyakan orang.
Kotoran hati yang dimaksud, pertama adalah musyrik kepada Allah SWT. Syirik tergolong dosa yang sangat besar. Karenanya, manusia harus berupaya semaksimal mungkin untuk menjauhkan diri dari syirik, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.
"Kotoran yang ini wajib dibersihkan. Caranya, tiada lain kecuali berhenti menyekutukan Allah. Allah Maha Satu," katanya kepada NU Online di Jombang, Kamis (15/8).
Kedua, sombong. Sifat ini sering hinggap di hati manusia. Sombong merupakan sifat iblis atau syetan. Manusia yang mempunyai akal dan hati tak sewajarnya memiliki sifat ini. Orang yang sombong disenangi syetan tapi dimusuhi manusia.
"Sombong itu warisannya iblis. Jangan jadi pewaris iblis," ujar kiai yang kerap disapa Husein ini.
Menurutbya, sifat sombong mengancam keselamatan manusia saat di akhirat kelak. Mengutip Sabda Nabi Muhammad SAW, ia menjelaskan setiap orang yang masih memiliki sifat sombong tak akan mencicipi nikmatnya Surga.
"Bahayanya sombong, Kanjeng Nabi Muhammad dawuh tidak mungkin masuk Surga orang yang dalam hatinya terdapat rasa sombong," ungkapnya.
Sombong pada hakikatnya adalah sifat atau sikap menolak kebenaran sekaligus meremehkan orang lain. Sifat ini tentu tidak etis dimiliki manusia. Pasalnya, sesama manusia akan senantiasa berinteraksi.
Kotoran hati yang ketiga adalah sifat iri. Iri merupakan penyakit hati yang didasari oleh ketidaksenangan melihat orang lain senang, tapi senang melihat orang lain susah. Sehingga orang yang punya penyakit iri, hatinya selalu tersiksa.
“Penyakit ini juga harus dibersihkan. Caranya lapangkan dada,” ucap kiai yang juga penceramah ini.
Meski begitu, manusia yang hatinya sudah bersih lantaran selalu dibersihkan, sehingga tiga kotoran hati sebagaimana yang disebutkan di atas hilang, menurutnya masih belum cukup. Hati yang sudah bersih harus dihiasi dengan ilmu karena ilmu adalah cahaya. Kemudian juga harus dihiasi dengan sabar dan istiqamah melakukan kebaikan-kebaikan.
“Dawuh-nya Mbah Moen kepada saya, Gus, hati ini kalau sudah bersih jangan berhenti di situ, namun harus ditingkatkan ke tahalli. Artinya hati yang sudah bersih itu tandurono (tanami) perhiasan-perhiasan. Hati kalau tidak dihiasi tidak bisa berkembang," pungkasnya.
Kontributor: Syamsul Arifin
Editor : Aryudi AR