Acara khatmil Quran sebagai rangkaian haul Mbah Sambu di Masjid Jami' Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Senin (3/7/2023). (Foto: istimewa)
Rembang, NU Online
Pengurus Takmir Masjid Jami' Lasem Kabupaten Rembang mengadakan Haul Mbah Sambu atau Sayyid Abdurrahman pada Senin (3/7/2023) bertepatan dengan 14 Dzulhijah 1444 H. Haul Mbah Sambu sudah berjalan ratusan tahun, hanya saja yang terdokumentasi mulai tahun 1990 silam.
Tokoh NU Lasem, Abdullah Hamid mengatakan rangkaian acara haul bermula dengan digelarnya pemberangkatan jamaah haji, gelar budaya yang menghadirkan Ketua Lesbumi NU, KH Jadul Maula, gema shalawat, tahlil Mbah Srimpet, khatmil Qur'an dan khitanan massal. "Sedangkan acara inti tahlil haul Mbah Sambu digelar pada 3 Juli kemarin," jelas Abdullah Hamid, Rabu (5/7/2023).
Pria yang juga menjadi panitia haul bidang publikasi ini menyampaikan bahwa haul Mbah Sambu ini nantinya akan dimeriahkan karnaval diikuti berbagai sekolah dan pesantren di Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
"Insyaallah tanggal 24 Juli 2023 akan ada karnaval dan peresmian Museum Islam Nusantara yang masih dalam momentum 1 Abad NU," ujarnya
Mbah Sambu atau Sayyid Abdurrahman Basayaiban wafat 1671. Ia adalah putra Pangeran Benawa, yang merupakan putra Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya, Raja Kerajaan Pajang. Kerajaan Pajang adalah cikal bakal Kerajaan Mataram Islam. Adapun Jaka Tingkir juga adalah menantu Sultan Trenggono, Raja Kerajaan Islam Demak.
Mbah Sambu berperan menyiarkan agama Islam di Lasem. Wilayah Lasem saat itu meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara. Atas jasanya menjaga stabilitas keamanan itu Mbah Sambu yang juga menantu Adipati Lasem diberi tanah perdikan Kampung Kauman termasuk lokasi Masjid Jami’ Lasem sekarang.
"Penting untuk diketahui bahwa ada 6 (enam) pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan keturunan Mbah Sambu. Yang 3 (tiga) di antaranya wafat di Lasem yaitu Mbah Ma'shoem, Mbah Baidlowi dan Mbah Cholil Masyhuri. Dua wafat di Jombang Jawa Timur yaitu Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Chasbullah. Dan yang terakhir yaitu KH Ridwan bin Mujahid wafat di Semarang," terang Abdullah Hamid yang juga pengkaji sejarah Lasem..
Mbah Sambu. lanjut dia, merupakan orang yang mulia. "Jadi dengan kita merayakan haulnya seyogianya kita harus mengambil ibrah dari perjalanan Hidup Mbah Sambu serta meneruskan teladan yang diajarkan beliau," tambah pria yang juga menjadi Pembina NU Care-LAZISNU Lasem tersebut.
"Dengan memeringati haul beliau, kita berarti mendoakan almarhum. Bukan berati beliau kekurangan pahala. Analoginya ada air yang sudah memenuhi sebuah gelas. Jika gelas itu diisi, maka air itu akan meluber ke sekitarnya. Artinya dengan kita mendoakan beliau, berarti pahala itu akan meluber ke diri kita," ujarnya
Baca Juga
Warga Lasem Meriahkan Haul Mbah Sambu
Kontributor: Ahmad Solkan
Editor: Kendi Setiawan