Diaspora Muslim Ibaraki Jepang Ramaikan Kultum Ramadhan
Ahad, 2 Maret 2025 | 18:45 WIB

Sejumlah Muslim di Ibaraki, Jepang saat mengikuti kuliah tujuh menit (kultum) di Masjid NU At-Taqwa, Koga, Ibaraki, Jepang, pada Sabtu (1/3/2025). (Foto: dok. istimewa/Haris)
Ibaraki, NU Online
Puasa di bulan Ramadan memiliki dampak sosial yang besar, terutama bagi komunitas Muslim di perantauan. Hal ini disampaikan oleh Direktur World Muslim Studies Center (Womester) Prof M. Noor Harisudin dalam kuliah tujuh menit (kultum) di Masjid NU At-Taqwa, Koga, Ibaraki, Jepang, pada Sabtu (1/3/2025). Prof Haris dipercaya menyampaikan dakwah di Jepang selama Ramadhan 1446 H.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah jamaah dari berbagai latar belakang, baik warga Indonesia maupun Muslim dari negara lain. Kultum disampaikan tujuh menit setelah salat Maghrib, kemudian dilanjutkan dengan shalat Tarawih dan Witir sebanyak 23 rakaat.
Dalam ceramahnya, Prof Haris, yang tengah diundang PCINU Jepang untuk kegiatan Dakwah Internasional pada 28 Februari 2025 – 14 Maret 2025, menekankan bahwa keberhasilan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan akan tercermin dalam perilaku sehari-hari.
"Ibnu Atha’illah Al-Iskandari mengatakan, man wajada tsamrata 'amalihi 'ajilan fahuwa daliilun ala qabuulihi ajilan. Barang siapa yang menemukan buah amalnya di dunia, maka itu bukti akan diterima amalnya kelak di akhirat. Buah amal ini tampak dari perubahan seseorang menjadi pribadi yang lebih baik," ujar Haris.
Dia menjelaskan bahwa seorang Muslim yang menjalankan puasa dengan baik akan menunjukkan sikap baik tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga terhadap makhluk lain, seperti hewan, tumbuhan, dan lingkungan sekitar.
Dalam konteks ini, ia mengutip Al-Qur'an QS. Al Baqarah: 183 yang menyebutkan bahwa tujuan puasa adalah membentuk pribadi bertakwa (la'allakum tattaqun).
"Bisa diibaratkan, tattaqun adalah kupu-kupu yang indah nan elok dilihat dan menyenangkan setelah seekor ulat melakukan puasa pada tahap kepompong," ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur itu.
Menurutnya, jika Muslim di Jepang mampu menunjukkan akhlak yang baik dan unggul, hal ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat Jepang di bidang keagamaan. Keberadaan diaspora Muslim dapat menjadi solusi bagi masyarakat Jepang.