Internasional

Hasina Divonis Hukuman Mati atas Kejahatan Kemanusiaan, Bangladesh Desak India Lakukan Ekstradisi

Rabu, 19 November 2025 | 17:30 WIB

Hasina Divonis Hukuman Mati atas Kejahatan Kemanusiaan, Bangladesh Desak India Lakukan Ekstradisi

Mantan PM Bangladesh Sheikh Hasina (Foto: Instagram @sheikhhasina)

Jakarta, NU Online

 

Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dijatuhi hukuman mati secara in absentia (terdakwa tidak hadir) oleh pengadilan di Dhaka pada Senin (17/11/2025).

 

Hukuman ini diberikan kepada Hasina karena kejahatan kemanusiaan akibat tindakan keras dan mematikan yang ia lakukan kepada mahasiswa yang terlibat aksi protes terhadap Pemerintah Bangladesh pada Agustus 2024 lalu.

 

Protes tersebut mengakibatkan tergulingnya Hasina dari posisi Perdana Menteri setelah 15 tahun menjabat. Ia melarikan diri ke New Delhi dan bersembunyi hingga saat ini.

 

The Guardian menulis, putusan tiga orang hakim di pengadilan kejahatan internasional negara itu mendakwa Hasina atas berbagai kejahatan termasuk penghasutan hingga perintah untuk membunuh. Ia juga didakwa karena tidak melakukan tindakan apa pun untuk mencegah kekejaman yang terjadi saat mengawasi tindakan keras terhadap pengunjuk rasa antipemerintah tahun lalu.

 

Kementerian Luar Negeri Bangladesh meminta India untuk mengekstradisi Hasina dengan mengatakan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab wajib bagi New Delhi untuk memastikan kembalinya mantan PM tersebut ke Bangladesh melansir Hindustan Times.

 

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri India mengeluarkan pernyataan bahwa mereka telah mencatat putusan terhadap Hasina dan New Delhi.

 

"India telah memperhatikan putusan yang diumumkan oleh 'Pengadilan Kejahatan Internasional Bangladesh' terkait mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Sebagai tetangga dekat, India tetap berkomitmen pada kepentingan terbaik rakyat Bangladesh, termasuk perdamaian, demokrasi, inklusivitas, dan stabilitas di negara tersebut," sebagaimana dikutip Al Jazeera.

 

India juga menyatakan akan selalu terlibat secara konstruktif dengan semua pemangku kepentingan.

 

Di samping pernyataan tersebut, saat ini hubungan antara New Delhi dan Dhaka menjadi sangat dingin. Aliansi ekonomi, keamanan, dan politik yang berkembang pesat pada era Hasina kini telah berubah menjadi hubungan yang diwarnai oleh ketidakpercayaan.

 

Latar belakang penggulingan Hasina

 

Pada Juli 2024, protes mahasiswa mulai bermunculan di Dhaka. Aksi ini pada awalnya dipicu atas kebijakan pembagian kuota pekerjaan pemerintah bagi keturunan mereka yang berjuang dalam perang kemerdekaan dari Pakistan tahun 1971. Protes kemudian meningkat menjadi seruan nasional agar Hasina mengejar tindakan keras brutal yang dilakukan oleh pasukan keamanan terhadap para demonstran.

 

Mahasiswa pengunjuk rasa bentrok dengan polisi bersenjata di Dhaka. Hingga pada Agustus 2024 jumlah korban tewas hampir mencapai 1.400 orang, menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

Hasina kemudian melarikan diri ke New Delhi pada 5 Agustus 2024. Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus mengambil alih sebagai pemimpin sementara. Pemerintahan Yunus sejak itu telah bergerak untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan Pakistan di tengah ketegangan dengan India, termasuk atas desakan Dhaka agar New Delhi mengusir Hasina.