Israel Bombardir Lebanon, Puluhan Ribu Orang Melarikan Diri
Rabu, 25 September 2024 | 10:00 WIB
Kepulan asap membumbung tinggi di Lebanon selatan akibat serangan Israel, di tengah permusuhan lintas perbatasan yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Tirus, Lebanon selatan, 23 September 2024. (REUTERS/Aziz Taher)
Jakarta, NU Online
Puluhan ribu orang di Lebanon bagian selatan melarikan diri setelah wilayah tersebut dibombardir Israel. Mereka berlari sembari mencari titik yang aman dari serangan Israel. Hal tersebut sebagaimana dilansir Al Jazeera, pada Rabu (25/9/2024).
Setidaknya, per hari ini, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan 569 orang meninggal dunia akibat serangan terbesar Israel dalam setahun terakhir itu. Jumlah tersebut mencakup 50 korban, di antaranya anak-anak.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa pimpinan seniornya, Ibrahim Muhammad Qubaisi, terbunuh pada Selasa (24/9/2024) kemarin. Hal tersebut terjadi beberapa jam setelah Israel mengklaim serangannya membunuh komandan tinggi.
Serangan yang menakutkan
Serangan terbesar Israel atas negara berjuluk Swiss Timur Tengah itu membangunkan Zahra, bocah berusia 12 tahun pada Senin pagi waktu setempat.
"Saya sangat tertekan karena bom-bom itu," kata bocah perempuan asal Bork Qalaouiye itu kepada Al Jazeera.
Desa tempat Zahra tinggal itu terletak di antara Nabatieh dan Bint Jbeil di Lebanon bagian selatan. Sejak Oktober tahun lalu, ia dan keluarganya pindah ke Laylaki, pinggiran selatan Beirut, tak lama setelah Hizbullah dan Israel saling menyerang.
Tentu saja semenjak itu, Zahra merasa sangat ketakutan. Ia juga membaca sejumlah berita yang menyebut gedungnya menjadi target serangan bom.
"Saya sangat takut dan kemudian saya membaca berita mereka bakal mengebom bangunan kami," ujarnya di Beirut.
Pada Senin pagi, orang-orang di sekitar Lebanon, khususnya di bagian selatan dan Lembah Bekaa, menerima pesan dari nomor yang tidak diketahui. Pesannya mengingatkan mereka untuk segera meninggalkan rumah mereka.
Sementara itu, WNI di Lebanon bagian selatan sudah dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Sebab, memang di sana merupakan zona merah yang harus dihindari.
"Dari awal, KBRI sudah membuka pintu evakuasi bagi WNI yang terdampak perang di daerah selatan Lebanon maupun di Beirut dengan memulangkan secara berkala/per-gelombang," kata Muhammad Alhafidz Lutfhi, Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Lebanon, pada Selasa (24/9/2024).
Adapun sejumlah mahasiswa Indonesia di Lebanon mengaku masih bertahan di Beirut. Hal ini mengingat masih relatif aman karena cukup jauh dari zona merah di Lebanon bagian selatan, sekitar 73 km.
"Bahasanya ‘kondisional’. Jika kondisi semakin genting dan eskalasi sudah sampai ke seluruh Lebanon, kemungkinan besar mahasiswa atau Nahdliyin akan angkat kaki dari Lebanon," lanjut warga NU asal Aceh itu.