Kerusuhan Melanda Inggris, Imam Masjid di Liverpool Peluk Perusuh
Sabtu, 10 Agustus 2024 | 10:00 WIB
Imam Masjid Abdullah Quilliam Liverpool Adam Kelwick tampak memeluk seorang perusuh di Inggris. (Foto: Liverpool Newspaper)
Jakarta, NU Online
Sosok Adam Kelwick yang merupakan Imam Masjid Abdullah Quilliam, Liverpool menuai sorotan pasca potret dirinya memeluk pengunjuk rasa viral di media sosial baru-baru ini.
Tindakannya menuai pujian lantaran ia menunjukkan sikap persahabatan kepada kelompok sayap kanan yang melakukan protes dan bersikap rasis terhadap kaum muslim di Inggris.
Aksi protes oleh simpatisan sayap kanan Inggris terjadi di Masjid Abdullah Quilliam Liverpool pada Jumat (2/8/2024) pasca menyebarnya hoaks tentang pelaku penusukan di sebuah sanggar tari di Southport adalah seorang muslim dan imigran gelap.
Insiden tersebut menyebabkan tiga orang perempuan meninggal dunia dan delapan orang luka-luka.
Selain berpelukan, Adam Kelwick juga membagikan makanan kepada massa yang melakukan protes di sekitar Masjid Abdullah Quilliam pada Jumat (2/8/2024).
Sebagaimana melansir dari The Guardian, Kelwick mengungkapkan bahwa belakangan ini ia disibukkan dengan aktivitas "membangun jembatan" kepada banyak pihak termasuk para perusuh.
"Alasan di balik mengapa sangat penting untuk berbicara sekarang karena kita melihat ini adalah opsi lain yang dapat dilakukan," kata Kelwick.
Demi keselamatan dan keamanan، banyak umat muslim yang memilih berdiam diri di rumah dan menutup masjid. Namun, tidak dengan Adam Kelwick. Meskipun berisiko, ia keluar dan mencoba merangkul para perusuh yang berada di lingkungan Masjid Abdullah Quilliam.
"Kami mencoba membuka pintu dan menyambut dengan tangan terbuka, berusaha merangkul mereka sebagai sesama manusia," jelas Kelwick.
Ia menceritakan bahwa saat itu sekitar 400-500 orang melakukan aksi protes di Masjid Abdullah Quilliam. Kekacauan semakin menjadi karena masa terus bertambah.
Akhirnya Kelwick beserta pengurus masjid melakukan dialog dengan 50 orang simpatisan dengan cara yang ia harap dapat membuka hati dan pikiran para pemrotes.
"Kami mau memasakkan makanan untuk mereka, kami memberi mereka minum. Dalam tiga jam pertama saat aksi protes berlangsung bukanlah waktu yang cukup aman untuk menyeberang jalan, berdialog di tengah mereka, dan menyampaikan sinyal perdamaian" kisahnya.
Saat makanan siap dibagikan, ia pergi ke kerumunan. Orang-orang seolah tidak menganggap keberadaannya, tapi Kelwick berusaha terus tersenyum dan menyapa sambil menawarkan kepada mereka.
Akhirnya, salah seorang dari kerumunan menerimanya. Dari situ, muncullah kesempatan berdialog dengan mereka.
Hal yang sebenarnya terjadi adalah kesalahpahaman yang timbul dari kekhawatiran masyarakat akan tindak terorisme. Kekhawatiran yang terus diprovokasi menimbulkan aksi berlebihan.
Kelwick meyakini dialog terbuka akan menjembatani persaudaraan antara umat muslim dengan para simpatisan sehingga dapat meluruskan kesalahpahaman serta kerusuhan dapat diredam.
Sebagai informasi, beberapa waktu terakhir massa anti-islam menjadikan masjid sebagai target penyerangan akibat meluasnya hoaks tentang pelaku penusukan. Beberapa dari mereka bahkan melempari masjid dengan batu bata hingga menimbulkan kericuhan.