Meriahnya Maulid Nabi yang Diiringi Rebana Khas Bawean di Malaysia
Senin, 10 Oktober 2022 | 17:45 WIB
Kuala Lumpur, NU Online
Umat Islam saat ini tengah berada di bulan Rabiul Awal atau maulid. Sejumlah kawasan menyelenggarakan peringatan kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW tersebut dengan aneka kekhasannya, termasuk di Malaysia.
Hal tersebut sebagaimana dikisahkan Ustadz Fauzi Palestin kepada media yang sedang berada di Malaysia dalam rangka menghadiri undangan warga setempat. Pemateri dari Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut melaporkan perjalanan khusus kepada NU Online.
“Pada hakikatnya, paham keagamaan Negeri Malaysia tidak jauh beda dengan Indonesia, yakni mayoritas berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah dengan Madzhab Syafii,” katanya, Senin (10/10/2022).
Dikemukakan alumnus Pesantren Sidogiri, Pasuruan tersebut bahwa acara yang dihadiri adalah kegiatan dzikra maulidir rasul yang baru tahun ini dilaksanakan. Hal tersebut lantaran terkendala oleh penyebaran virus Corona dua tahun tarakhir. Kegiatan dipusatkan di Taman Wijaya Kota Kemuning Shah Alam Malaysia.
“Tadi malam kegiatan kembali diadakan dengan membaca maulid Al-Barzanji karya Sayyid Jakfar yang diiringi dengan rebana kompang khas Bawean,” terang dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dikemukakan bahwa peserta yang hadir pada maulid kali ini tidak hanya orang-orang dari pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur yang menjadi warga negara malaysia. Tampak pula warga Melayu turut hadir memeriahkan acara dan berbaur dengan jamaah yang ada.
“Kegiatan cukup ramai dengan perkiraan yang hadir mencapai 500 orang,” jelasnya.
Pada sesi sambutan, Tuan Haji Sulaimi selaku sesepuh Taman Wijaya menyampaikan bahwa kegiatan awalnya akan digelar apa adanya. Sekadar memperingati maulid dan tanpa persiapan yang terlalu menyita perhatian.
"Akan tetapi ketika dimusyawarkan dalam rapat, kebanyakan tidak menyetujui terutama kalangan ibu. Karenanya, acara malam itu cukup meriah daripada sebelumnya," katanya menirukan Tuan Haji Sulaiman.
Terkait pelaksanaan maulid yang ramai dilaksanakan di sejumlahn kawasan, maka hendaknya hal tersebut tidak dipersoalkan. Justru beragamnya peringatan sebagai kekhasan yang harus dijaga tanpa harus dipersoalkan dari mana dan mewakili kelompok mana.
“Dzikra maulidir rasul ini pada dasarnya bukanlah kegitan kelompok atau suku tertentu karena yang kita peringati kelahirnnya ini adalah nabi umat Islam,” ungkap dia.
Kepada jamaah yang memadati lokasi, Ustadz Fauzi mengingatkan umat Islam untuk percaya diri saat memperingati maulid. Dan hendaknya tidak memaknai bahwa tradisi tersebut terikat dengan kelompok dan suku tertentu.
“Kalau ditanya maulid menniru siapa? Jawabannya adalah bahwa ini meniru Nabi Muhammad,” tegasnya.
Dikemukakan bahwa dalam riwayat Imam Muslim disebutkan ketika Nabi ditanya mengapa melakukan puasa hari Senin. Maka kala itu dijawab karena di hari ini Nabi dilahirkan.
“Jadi, dzikra maulidir rasul ini merupakan suatu kegiatan yang Nabi sendiri melakukannya,” tandasnya.
Selama kegiatan, aneka bingkisan disiapkan warga. Sejumlah buah dan makanan ringan hingga minuman dibungkus sedemikian rupa menghiasi panggung. Usai kegiatan maulid, sejumlah bingkisan tersebut dibagikan kepada jamaah yang hadir. Hal tersebut tentu saja menambah semarak peringatan maulid dan mengingatkan perayaan serupa di pulau Bawean.
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi