PBB: 127 Warga Sipil Tewas dalam Serangan Israel-Lebanon Sejak Gencatan Senjata
Kamis, 27 November 2025 | 18:30 WIB
Jakarta, NU Online
Juru Bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Thameen Al-Kheetan mengatakan bahwa setidaknya 127 warga sipil telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon sejak gencatan senjata diumumkan setahun yang lalu.
"Kami terus menyaksikan peningkatan serangan oleh militer Israel, yang mengakibatkan terbunuhnya warga sipil dan hancurnya objek-objek sipil di Lebanon, ditambah dengan ancaman yang mengkhawatirkan akan adanya serangan yang lebih luas dan intensif," ujarnya dalam jumpa pers di Jenewa dikutip NU Online dari The Guardian, Kamis (27/11/2025).
Ia juga menyerukan penyelidikan yang tidak memihak atas serangan tersebut, khususnya di kamp pengungsi Ain El-Hilweh. Sebab menurutnya, ada kemungkinan pelanggaran hukum humaniter internasional.
“Harus ada investigasi yang cepat dan tidak memihak terhadap serangan Ain al-Hilweh, serta semua insiden lain yang melibatkan kemungkinan pelanggaran hukum humaniter internasional oleh semua pihak, baik sebelum maupun sesudah gencatan senjata. Mereka yang bertanggung jawab harus dibawa ke pengadilan," kata Al-Kheetan.
Melansir Al-Jazeera, Al-Kheetan melaporkan bahwa pada minggu lalu, serangan Israel di Ein el-Hilweh, dekat Sidon, sebagai salah satu serangan paling mematikan sejak gencatan senjata. Serangan tersebut menewaskan 13 warga sipil termasuk 11 anak-anak.
"Setidaknya 13 warga sipil, termasuk 11 anak-anak, tewas dan setidaknya enam warga sipil terluka pekan lalu dalam serangan Israel di kamp Ein El-Hilweh," ujarnya.
Al-Kheetan juga mengatakan bahwa serangan Israel tersebut juga menghantam rumah, jalan, pabrik, dan lokasi konstruksi, menghambat pembangunan kembali di selatan dan mencegah keluarga-keluarga kembali.
Ia kemudian mencontohkan serangan Israel pada 16 November terhadap pabrik semen dan aspal di Ansar, yang telah menghancurkan puluhan alat pengaduk beton, derek, dan tangki bahan bakar.
Kata Al-Kheetan, Israel juga mulai membangun tembok yang melintasi wilayah Lebanon sepanjang 4.000 meter persegi (43.055 kaki persegi) yang tidak dapat diakses dan melemahkan hak kembali warga terlantar.
“Semua pengungsi internal harus bisa kembali ke rumah mereka, dan pembangunan kembali harus didukung, bukan diganggu,” ujarnya.
Dilaporkan bahwa lebih dari 64.000 orang, yang sebagian besar dari Lebanon selatan masih mengungsi. Israel juga telah menewaskan lebih dari 300 orang di Lebanon sejak gencatan senjata 27 November 2024, termasuk sekitar 127 warga sipil.
Pasukan Israel tetap dikerahkan di lima wilayah Lebanon selatan dan terus melancarkan serangan udara hampir setiap hari. Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan pejuang dari kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah dan infrastrukturnya.
Associated Press memberitakan bahwa Israel menyerang lagi ibu kota Lebanon untuk pertama kalinya pada Ahad (23/11/2025).
Serangan tersebut menewaskan pemimpin Hizbullah, Haytham Tabtabai. Sementara Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan di pinggiran selatan Beirut telah menewaskan lima orang dan melukai 25 lainnya.
Wakil Ketua Dewan Politik Hizbullah Mahmoud Qamati menyatakan bahwa serangan yang dilancarkan hampir tepat setahun setelah gencatan senjata dalam perang Israel-Hizbullah tersebut mengancam eskalasi serangan.
“Serangan di pinggiran selatan hari ini membuka pintu bagi eskalasi serangan di seluruh Lebanon. Pimpinan Hizbullah sedang mempelajari masalah respons dan akan mengambil keputusan yang tepat,” ujar Mahmoud.
Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun dalam sebuah pernyataan mengecam serangan tersebut dan menuduh Israel menolak melaksanakan perjanjian gencatan senjata. Ia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk melakukam intervensi dengan kekuatan dan keseriusan untuk menghentikan serangan terhadap Lebanon dan rakyatnya.
Sementara itu, pernyataan militer Israel mengatakan bahwa Israel tetap berkomitmen pada pemahaman yang disepakati oleh Israel dan Lebanon.
Dilaporkan bahwa serangan udara Israel di Lebanon selatan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, sementara Israel dan Amerika Serikat telah menekan Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah. Israel menegaskan bahwa kelompok tersebut sedang berusaha membangun kembali kemampuan militernya.
Bahkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Tabatabai memimpin upaya Hizbullah untuk mempersenjatai kembali. Namun, Pemerintah Lebanon yang mendukung pelucutan senjata Hizbullah, telah membantah klaim tersebut.