Pidato Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Dibacakan Rais Aam PBNU di Makkah
Senin, 18 Maret 2024 | 12:00 WIB
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (ketiga dari kanan) dalam konferensi internasional Binâ al-Jusûr bayna al-Madzâhib al-Islâmiyyah (Membangun Jembatan Dialog antar Madzhab Islam) di Hotel Hilton Jabal Omar di area Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia, Ahad (17/3/2024) malam. (Foto: dok. PBNU)
Makkah, NU Online
Lebih dari 300 ulama besar dan tokoh penting dunia Islam menyimak kutipan pidato pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari (1975-1947), dalam konferensi internasional bertajuk Binâ al-Jusûr bayna al-Madzâhib al-Islâmiyyah (Membangun Jembatan Dialog antar Madzhab Islam) di Hotel Hilton Jabal Omar di area Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia, pada Ahad (17/3/2024) malam.
Kutipan pidato atau khutbah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari tersebut dibacakan dan disampaikan kembali oleh Rais Am PBNU KH Miftachul Akhyar di sela-sela pidato kuncinya dalam sesi pembukaan konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Liga Dunia Muslim atau Muslim World League (MWL).
Dalam konferensi internasional yang bertujuan untuk mengukuhkan persatuan, perdamaian dan dialog antar mazhab agama Islam tersebut, KH Miftachul Akhyar membacakan dan menyampaikan kutipan pidato bersejarah dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang pada Muktamar ke-12 NU tahun 1937 di kota Malang (Jawa Timur), pernah dibacakan oleh Hadratussyekh.
Pada pidato Muktamar ke-12 NU tahun 1937 yang tercatat dalam bahasa Arab tersebut, Hadratussyekh menyerukan pentingnya persatuan, dialog dan persaudaraan antar para ulama dan umat Muslim.
KH Miftachul Akhyar memandang pentingnya untuk menyampaikan dan membacakan kembali pesan-pesan perdamaian, persaudaraan, dialog dan persatuan yang puluhan tahun lalu telah diajarkan dan diserukan oleh Hadratussyekh di hadapan ratusan para ulama dunia Islam yang hadir dalam konferensi internasional Membangun Jembatan Dialog antar Mazhab Islam.
“Risalah luhur yang hendak disampaikan oleh Liga Dunia Muslim dalam konferensi internasional ini, sesungguhnya telah sejak lebih seratus tahun silam diserukan oleh pendiri NU, sebuah organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu Hadratrussyekh KH Hasyim Asy’ari, dalam karya beliau yang berjudul al-Qânûn al-Asâsî li Nahdlah al-‘Ulamâ. Sejak awal berdirinya di tahun 1344 Hijri, atau 1926 Masehi silam, Nahdlatul Ulama telah menginsafi betapa pentingnya nilai-nilai persaudaraan, perdamaian, dan dialog dalam kehidupan umat manusia,” jelas KH Miftachul Akhyar.
Selanjutnya, KH Miftachul Akhyar membacakan kutipan pidato berbahasa Arab dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang disampaikannya dalam Muktamar ke-12 NU tahun 1937 di Malang, yaitu:
((فما تمسّكتْ به أمّةٌ من الأمم إلّا ظهَر سلطانُها وقويتْ شوكتُها ودامتْ دولتُها وبلغتْ في الرُقْيِ ورَغَد العيش أقصى الغايات وأرفع الدرجات. وما تفرّقتْ أمّةٌ واختلفتْ كلمتُها وتنازعتْ في أمرها إلّا اضمحلَّ سلطانُها وضعفتْ قُوّتُها وذالتْ دولتُها وتبدَّلَ عزُّها ذلًّا. وكان نصيبُها الفشلُ والخسرانُ المبين. لهذا أمرَنا اللهُ بالائتلاف والاتّحاد ونهانا عن التفرق والتنازع)).
Artinya, "tidaklah sebuah bangsa, atau umat, dalam sejarah peradaban manapun, yang berpegang teguh kepada nilai-nilai persadauaraan dan persatuan, melainkan bangsa atau umat tersebut akan menjadi tampak kedaulatannya, menjadi kuat eksistensinya, menjadi tegak abadi tata kenegaraannya, akan mencapai pada kejayaan dan kemajuannya, mampu memanifestasikan peradaban yang luhur. Dan sebaliknya, bangsa atau umat yang berpecah belah, berselisih faham, bertengkar satu sama lain, maka mereka akan menjadi remuk kedaulatannya, menjadi lemah kekuatannya, menjadi hina negaranya, dan menjadi bangsa yang rendahan. Nasib bangsa yang demikian adalah keterbelakangan dan kehancuran yang nyata. Karena itu, Allah telah memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga persatuan, kesatuan, dan melarang kita untuk saling berpecah belah dan bertengkar."
Konferensi internasional tersebut diselenggarakan pada 17-18 Maret 2024. Konferensi dibuka oleh dua pidato utama yang disampaikan oleh Grand Mufti Saudi Arabia Syaikh Abdul Aziz Alu al-Syaikh dan Sekretaris Jenderal MWL H.E. Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Karim al-Issa.
Setelah sesi dua pidato utama, terdapat sesi pidato kunci yang disampaikan oleh para tokoh utama dan ulama besar dunia Islam, yaitu Syaikh Abdullah bin Bayyah (Grand Mufti dan Kepala Dewan Ulama Uni Emirat Arab), H.E. Dr. Husain Ibrahim Thaha (Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam/ OKI), Ayatollah Syaikh Ahmad Muballaghi (Anggota Dewan Penasihat Pimpinan Republik Islam Iran), Syaikh Prof. Dr. Mukhtar Jum’ah (Menteri Wakaf Mesir), KH Miftachul Akhyar (Rais Aam PBNU Indonesia), H.E. Prof. Dr. Ali Arbas (Kepala Dewan Agama Turki), Syaikh Muhammad al-Mahi (Kepala Liga Islam Afrika) dan lain-lain.
Selain KH Miftachul Akhyar, pengurus PBNU lainnya yang turut serta berpartisipasi dalam konferensi tersebut ialah KH Afifuddin Muhajir (Wakil Rais Aam PBNU) dan Ahmad Ginanjar Sya'ban (Wasekjen PBNU).