Sosok KH Hasyim Asy’ari saat Nyantri di Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo
Selasa, 16 Mei 2023 | 10:00 WIB
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai kiai yang alim, Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari menimba ilmu di beberapa pondok pesantren, salah satunya di di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo, Jawa Timur.
Pesantren ini didirikan tahun 1787 oleh KH Hamdani. Di sini lah, kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menimba ilmu fiqih, nahwu shorof dan cabang ilmu lainnya.
Baca Juga
“Hadratussyekh” Bukan Gelar Sembarangan
Meski usianya sudah lebih dari dua abad, beberapa bangunan di pondok pesantren Al-Hamdaniyah belum mengalami perubahan signifikan. Pihak pesantren sengaja tidak melakukan renovasi demi nilai keotentikan bangunan serta agar para santri mengambil pelajaran, bahwa untuk menjadi tokoh besar tidak harus dengan fasilitas mewah.
Di antara tempat tersebut yaitu kamar yang pernah ditempati KH Hasyim Asy'ari, yang berada di dekat Mushola pesantren. Luas kamar tersebut yakni 2x3 meter. Di ruangan kecil itu lah, KH Hasyim Asy’ari belajar dan istirahat.
Menurut Dewan Pengasuh Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji, KH Hasyim Fahrurozi, saat menjadi santri di pesantrennya itu, KH Hasyim Asy’ari termasuk santri yang tekun belajar, tawadhu, hormat kepada guru, dan istiqomah, terutama dalam hal ibadah.
Cerita itu, lanjut dia, disampaikan langsung oleh buyutnya yaitu KH Ya’kub dan KH Abdurrohim (cicit pendiri pesantren), yang diceritakan melalui kedua orang tuanya.
Ia menambahkan, KH Hasyim’ Asy’ari belajar di pondok pesantren Siwalan Panji sekitar tahun 1890. Beliau datang ke pesantren tersebut setelah menimba ilmu di Tanah Suci, Makkah.
“Memang Mbah Hasyim yang kita tahu beliau belajar di berbagai pondok, antara lain di Probolinggo, pesantren langitan di Tuban, pesantren pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, lalu bertabarruk ke Siwalan Panji ke Mbah KH Ya’kub,” ungkap kiai yang biasa disapa Gus Hasyim Hamdaniyah ini, sebagaimana dikutip dari youtube NU Online, Selasa (16/5/2023).
Gus Hasyim melanjutkan, di pesantren Siwalan Panji, KH Hasyim Asy’ari berguru kepada KH Ya’kub dan KH Abdurrohim. Karena kealiman dan ketawadhuan KH Hasyim Asy’ari, para santri mengangkatnya sebagai ‘lurah pondok’. Saat itulah, KH Ya’kub semakin mengenal lebih jauh sosok KH Hasyim Asy’ari, yang menurutnya terampil dalam cabang ilmu agama Islam, tawadhu, hormat kepada guru, dan istiqomah.
Mengetahui kecerdasan dan akhlak KH Hasyim Asy’ari, akhirnya KH Ya’kub menikahkan KH Hasyim Asy’ari dengan putrinya yang bernama Khadijah. Beberapa waktu setelah pernikahan dilangsungkan, KH Ya’kub meminta agar KH Hasyim Asy’ari dan istri pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menimba ilmu lagi.
“Saat di Makkah, lalu istri Mbah Hasyim hamil. Pas melahirkan anak pertamanya, Khadijah istri Mbah Hasyim wafat. Wafat di Makkah,” tuturnya.
Gus Hasyim Al-Hamdaniyah menambahkan, beberapa amalan yang diajarkan oleh guru-guru di pesantren Siwalan Panji yang kerap dipraktikan oleh KH Hasyim Asy’ari yaitu mengamalkan thariqah ta’lim muta'alim, membaca al-Qur’an, membaca asmaul husna, dan berbakti serta mengabdi kepada guru dan pondok pesantren.
“Beliau totalitas kepada Siwalan Panji, akhirnya mendapatkan keberkahan, ziyadah khair. Bisa mendirikan pesantren yang santrinya ribuan di Jombang,” pungkas Gus Hasyim.
Sebagaimana diketahui, selain menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah yang didirikan sejak abad ke-18 di Sidoarjo Jawa Timur itu telah banyak melahirkan ulama-ulama besar pendiri NU; seperti KH M Hasyim Asy'ari, KH As'Ad Syamsul Arifin, dan pencipta lambang Nahdlatul Ulama, KH Ridwan Abdullah.
Lalu, KH Alwi Abdul Aziz, KH Wahid Hasyim, KH. Cholil, KH. Nasir (Bangkalan) KH.Wahab Hasbullah, KH. Umar (Jember), KH. Utsman Al Ishaqi, KH. Abdul Majid (Bata-bata Pamekasan) dan KH. Dimyati Banten. Pesantren ini juga termasuk pesantren tertua di Jawa Timur.
Di Pondok ini, dulu juga sering dibuat pertemuan tokoh-tokoh pergerakan nasional pada zaman revolusi, di antaranya adalah Soekarno, Bung Hatta, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Abdul Wahid Hasyim, KH. Idham Cholid, Hamka, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh besar lain.
Selain itu, pada saat KH Hamdani membangun Pondok, dia mendatangkan kayu dari daerah Cepu Jawa Tengah dengan dinaikkan perahu besar/kapal. Lalu, di tengah jalan perahunya pecah berantakan. Namun, subhanallah, kayu-kayu tersebut justru berjalan sendiri melewati sungai dan berhenti persis di depan area pondok pesantren.
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua