Seminar Pra-Nikah Fatayat NU Korsel Bincang Masalah Rumah Tangga
Ahad, 27 Maret 2022 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Patriarki bukanlah satu-satunya masalah yang dapat menyerang dan menyebabkan persoalan dalam kehidupan rumah tangga. Masalah inti sebenarnya justru berpusat pada kapitalisme.
Pernyataan tersebut disampaikan Redaktur Islam Bergerak, Rizki Amalia Affiat, dalam seminar pra-nikah yang diinisiasi oleh Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU Korea Selatan secara daring.
Dalam tayangan channel YouTube PCINU Korea Selatan dilihat NU Online, Sabtu (26/3/2022) malam, Rizki berpesan bahwa pernikahan mestinya dapat menjadi basis perlawanan utama terhadap kapitalisme dan dampak-dampaknya.
“Karena rumah tangga adalah basis paling mikro dalam kehidupan masyarakat,” kata alumnus SOAS University of London ini.
Paparan tersebut disampaikan menyoal maraknya perempuan yang takut menikah karena budaya patriarki dan juga pasangan-pasangan yang takut punya anak karena kapitalisme dan krisis lingkungan.
Kendati demikian, kekhawatiran tersebut bagi Rizki merupakan hal wajar. Pasalnya, kapitalisme sangat bergantung pada kehidupan rumah tangga sekaligus dapat menyebabkan banyak krisis dan kekhawatiran. Kapitalisme juga memupuk dan menyuburkan budaya patriarki dalam rumah tangga.
“Patriarki yang mendominasi ini menguntungkan kapitalisme karena perempuan dinilai rendah nilai pekerjaannya,” kata Rizki Amalia.
Mengutip Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang dirilis 8 Maret 2022 lalu, ditemukan 338.496 kasus selama 2021. Data ini mengalami peningkatan signifikan sebanyak 50% dari tahun sebelumnya. Tak dapat disangkal bahwa pandemi Covid-19 memiliki peran besar dalam peningkatan angka tersebut.
Namun, bagi Rizki, pandemi tak hanya menghasilkan dampak buruk dalam kehidupan rumah tangga. Ditemukan bahwa pandemi juga dapat meningkatkan peran kolaboratif dan negosiasi gender dalam kehidupan rumah tangga. “Lelaki banyak membantu mengurus anak dan menikmatinya,” tambahnya lagi.
Reproduksi sosial
Rizki Amalia mengatakan, semua kapasitas sebagai manusia direproduksi di dalam rumah, sehingga krisis yang disebabkan kapitalisme juga berdampak besar dalam kehidupan rumah tangga.
Tak hanya menyebabkan krisis, kapitalisme dalam rumah tangga juga memberi tiga tantangan besar untuk dihadapi dalam kehidupan rumah tangga. “Pertama, konsumerisme yang kemudian menciptakan banyak masalah perekonomian,” paparnya.
Kedua, lanjut Rizki, kapitalisme juga mengeksploitasi tenaga kerja dengan memberi upah yang tak layak. Ketiga, kapitalisme mengomodifikasikan tubuh perempuan.
“Kapitalisme menciptakan hiperseksualitas perempuan dan komoditas pornografi. Hingga akhirnya muncul stereotip tentang bentuk tubuh dan standar kecantikan perempuan,” terangnya.
Oleh karena itu, untuk dapat menghadapi segala masalah tersebut dan tumbuh bersama dengan baik, sebelum menikah terdapat sejumlah hal yang perlu disepakati dan dibicarakan dengan pasangan.
“Pertama, paradigma dan cara pandang terhadap dunia di luar pernikahan. Kedua, perspektif. Ketiga, horizon yakni seluas dan sejauh mana cakupan pandangan dalam kehidupan rumah tangga,” tandasnya.
Sebagai informasi, seminar pranikah yang digelar secara virtual pada Sabtu (19/3/2022) ini menghadirkan dua narasumber lain yakni Direktur Nikah Institut Nurul Hidayati dan kandidat Psikolog Universitas Padjajaran Naila Kamaliya.
Kontributor: Nila Zuhriah
Editor: Musthofa Asrori