Daerah

Hindari Lima Hal Ini Agar Pernikahan Senantiasa ‘Samawa’

Senin, 13 Desember 2021 | 07:30 WIB

Hindari Lima Hal Ini Agar Pernikahan Senantiasa ‘Samawa’

Ilustrasi (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online
Di antara tujuan disyariatkannya pernikahan adalah menjadikan ketentraman dalam diri manusia. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah swt dalam Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang menyebutkan bahwa pernikahan merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar tercipta ketentraman dan rasa kasih sayang di antara pasangan. Tujuan pernikahan ini sering diucapkan di masyarakat Indonesia dengan istilah Samawa (Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah).


Untuk mendapatkan suasana Samawa dalam pernikahan perlu komitmen bersama setiap pasangan suami istri. Setelah terwujud Samawa, perlu juga dilakukan langkah  melestarikannya sekaligus menghindari hal-hal yang mampu merusaknya. Dan untuk mendapatkan dan melestarikan Samawa ini, setidaknya ada lima hal yang perlu dihindari atau jangan dilakukan setiap pasangan dalam berumah tangga.


“Pertama, jangan membeda-bedakan antara keluarga sendiri dan keluarga pasangan. Pegang prinsip: 'Keluargamu adalah keluargaku, keluargaku adalah keluargamu',” kata KH Munawar Kholil, Ketua NU Kecamatan Banyumas, Pringsewu Lampung, Ahad (12/12/2021).


Menurutnya hal ini penting karena hikmah dari pernikahan sendiri adalah menyatukan dua keluarga menjadi satu. Seseorang menikahi pasangannya sejatinya bukan hanya mewujudkan ikatan antara keduanya namun juga melakukan jalinan ikatan untuk keluarganya.


Yang kedua lanjutnya adalah jangan mengungkit-ungkit masa lalu pasangan jika hal itu tidak berkenan untuk diungkapkan. Hal ini penting karena bagaimanapun setiap orang pasti memiliki masa lalu baik itu positif maupun negatif. Dengan tidak mengungkit masa lalu yang negatif, maka pasangan telah menjaga tumbuhnya Samawa dalam keluarga.


“Yang ketiga, jangan membanding-bandingkan apa yang ada dalam rumah tangga dengan apa yang dimiliki oleh rumah tangga orang lain,” lanjut Kiai Munawar.


Prinsip bersyukur harus ditanamkan dalam sebuah keluarga. Jika terjadi seorang pasangan membanding-bandingkan dan menuntut kesempurnaan rumah tangga, maka itu menjadi awal lunturnya Samawa dalam keluarga. Ia mengingatkan bahwa walaupun ada akad, pernikahan berbeda dengan jual beli. Jika pada jual beli barang yang sudah dibeli bisa tidak dipakai lagi ketika tidak sempurna lagi, namun dalam pernikahan komitmen untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan harus terus ditanamkan.


Yang keempat adalah jangan ikut campur dalam urusan orang lain ataupun rumah tangga orang lain. Akan lebih bermanfaat jika setiap pasangan fokus pada mengurusi keluarga sendiri terkait dengan bagaimana menjaga pernikahan senantiasa Samawa.


“Dan yang kelima adalah jangan suka marah-marah dalam berumah tangga. Kebiasaan marah-marah tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah,” jelasnya.


Ia pun menanyakan mengapa nada suara setiap orang yang marah selalu tinggi? Hal ini karena ia sedang berada jauh dari orang lain walaupun secara fisik berada di depannya. Dengan menghindari sikap marah maka hati setiap pasangan akan senantiasa dekat. “Cukup dengan bahasa isyarat saja, setiap pasangan akan paham apa yang diinginkan pasangannya,” pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan