Internasional

Warga Belanda Hormati Muslim Berpuasa

Jumat, 25 Mei 2018 | 11:00 WIB

Warga Belanda Hormati Muslim Berpuasa

Eva Nurlatifah di Belanda

Belanda, NU Online
Eva Nur Latifah mesti tetap berpuasa di tengah kesibukannya membuat tesis untuk studinya pada bidang teknologi informasi di Universitas Twente, Endesche, Belanda. Karenanya, ia menghabiskan waktu ngabuburitnya di perpustakaan.

“Ngabuburitnya ke perpustakaan. Ngerjain tesis karena tuntutan deadline,” ujarnya diiringi tawa kepada NU Online pada Sabtu (19/5).

Terkadang, ia pulang lebih awal guna membantu rekannya di rumah memasak untuk berbuka. “Pulang lebih awal jam 20.30 untuk bantu masak,” katanya.

Ia tinggal bersama keluarga Indonesia. Dengan begitu, ia tak kesulitan untuk menikmati makanan Indonesia. Sebab, orang-orang di rumahnya selalu membuat masakan ala Indonesia.

Menurutnya, masyarakat Belanda tak kaget dengan orang berpuasa. Bahkan, katanya, mereka sudah mengetahui jika pada bulan ini ia mulai menahan lapar dan dahaga sejak pukul tiga pagi hingga 10 malam itu.

“Mereka enggak kaget. Malah sudah tahu kalau bulan ini kami mulai berpuasa. Temen-temenku juga sudah enggak aneh,” kisahnya.

Oleh karena itu, warga Belanda menghormati orang-orang berpuasa. “Orang sini menghargai muslim berpuasa,” lanjutnya.

Penghargaan itu salah satunya diwujudkan dengan menyediakan pojok halal di supermarket, khusus di bulan Ramadhan.

“Bahkan salah satu supermarket menyediakan pojok makanan halal khusus di bulan Ramadhan,” katanya.

Daging, snack, dan beberapa produk Belanda lain adalah di antara makanan halal yang tersedia di pojok halal supermarket tersebut. 

Menurutnya, makanan Indonesia juga tersedia di supermarket. Nasi goreng dan bakmi, misalnya. “Tapi enggak halal kalo masakan Indonesianya,” kata Wakil Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) itu.

Sementara itu, Eva menuturkan bahwa tarawih di sana berjumlah 11 rakaat dengan satu juz Al-Qur’an yang dibaca sepanjang shalat itu setiap harinya. Hal itu berlangsung di masjid warga Maroko. 

Ia menjelaskan bahwa di kota Enschede, tempat ia tinggal, ada komunitas muslim Maroko, Turki, dan Indonesia. Komunitas muslim maroko dan turki masing-masing memiliki masjid.

“Kami sering mengikuti kegiatan di masjid Maroko atau Turki, seperti tarawih dan shalat id,” pungkasnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)


Terkait