Lesbumi NU Jakarta soal Ondel-Ondel Buat Ngamen: Beri Mereka Ruang Berkreasi
Senin, 11 November 2024 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta H Ahmad Yusuf merespons fenomena maraknya ondel-ondel yang dijadikan sebagai alat untuk mengamen. Yusuf meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk memberi perhatian serius untuk menempatkan ondel-ondel sebagai layaknya warisan budaya Jakarta.
“Tidak perlu dilarang apalagi dirazia seolah mereka (grup seni ondel-ondel) penyakit sosial masyarakat. Beri mereka ruang tampil dan berkreasi misalnya, di setiap perempatan jalan, di setiap halte bus, di taman-taman, di setiap trotoar yang lebar mereka diperkenankan tampil dan diperbolehkan menerima sumbangan dari donatur-donatur yang lewat,” ujarnya kepada NU Online Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Menurut Yusuf, fenomena ini disebabkan sedikitnya acara-acara yang menggunakan jasa seni budaya ondel-ondel, sementara ondel-ondel merupakan seni yang melibatkan grup dengan banyak orang. Tak jarang untuk menggunakan ondel-ondel membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Bila ingin memakai (jasa) seni ondel-ondel biayanya cukup mahal. Ondel-ondel dan alat-alat musiknya harus diangkut oleh truk. Gak murah ongkosnya, belum lagi jumlah personelnya,” jelas Yusuf
Yusuf menyampaikan bahwa dengan ongkos yang cukup mahal akhirnya banyak grup seni ondel-ondel menganggur.
“Alhasil, banyak grup seni ondel-ondel yang menganggur. Di sisi lain, lapangan kerja menyusut cari pekerjaan susah, ekonomi melemah di banyak sektor, dan perut lapar harus diisi,” lanjutnya.
Yusuf juga tak memungkiri bahwa grup ondel-ondel yang mengamen di jalan itu karena tidak ada jalan lain mengisi perut untuk sekedar makan.
“Job manggung tidak ada, tidak ada jalan lain (kecuali) mengamen ondel-ondel adalah jalan keluar untuk sekedar mengisi perut. Apalagi saat Covid dan pasca-Covid, kondisi seniman sangat hancur lebur,” ucapnya.
Namun, Yusuf juga menuturkan bahwa tokoh-tokoh Betawi dan Budayawan Betawi keberatan soal ondel-ondel yang dijadikan alat untuk mengamen.
“Ondel-ondel ngamen dianggap sebagai merendahkan kebudayaan dan manusia suku Betawi, merendahkan harkat warisan budaya, memalukan umat dan suku Betawi. Tidak pada tempatnya, ondel-ondel dipakai mengamen di jalanan,” tegasnya.
Dengan demikian, Yusuf berharap ondel-ondel bisa menjadi wadah untuk menghibur masyarakat dengan sarana yang memadai sehingga budaya Betawi tersosialisasi dengan baik dengan adanya Jakarta.
“Mereka-mereka pun bisa berharap pulang bawa beras dari kumpulan donasi,” pungkasnya.