Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta menggelar program NU Mendengar bertajuk Gerakan NU Jakarta untuk Kota Berkelanjutan. Program ini menyoroti tiga persoalan pokok di Jakarta, yakni krisis sampah, ketimpangan sosial ekonomi, dan kerentanan harmoni sosial.
Ketua Koordinator sekaligus Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta H Abdul Azis menegaskan bahwa program ini berpijak pada tiga masalah besar yang harus segera ditangani.
"Tiga isu itu dipilih sebagai fokus utama, karena Jakarta saat ini situasinya kritis," kata Azis kepada NU Online Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Dia menjelaskan bahwa persoalan sampah menjadi perhatian pertama. Ia menyebut Jakarta menghasilkan sekitar 7.500–8.000 ton sampah setiap hari dan berdampak pada ancaman kelebihan kapasitas TPST Bantar Gebang.
Ia menambahkan bahwa NU Mendengar dirancang sebagai proyek percontohan dengan pelatihan dan inkubasi bisnis. Program ini diarahkan untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya serta mendorong masyarakat mengubah pola pikir dalam pengelolaan lingkungan.
"Hal yang harus segera dirubah. Pertama, mindset warga soal sampah, bukan dibuang tapi diolah. Kedua, kurangi sampah sejak di sumber dan berikan insentif agar masyarakat mau melakukan," jelasnya.
Isu kedua yang dibahas adalah ketimpangan sosial ekonomi. Azis menilai gini ratio Jakarta mencapai 0,441 dan menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Azis berharap program NU Mendengar dapat membuka wawasan peserta untuk mengolah sampah dan mengembangkan praktik urban farming di lingkungan masing-masing. Ia menyebut sepuluh kelompok terbaik dari total 30 kelompok akan mendapatkan insentif berupa fasilitas usaha pengolahan sampah dan urban farming.
Selengkapnya klik di sini.