Jakarta, NU Online
Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI Ayu Dewi Utari menjelaskan pola dan teknik penanaman mangrove di lapangan, sehingga dapat menghasilkan persentase hidup tanaman yang tinggi.
Menurut Ayu, terdapat banyak pola yang bisa diambil dalam merehabilitasi mangrove. Namun, tidak sedikit pula kesulitan yang mesti dihadapi. Sebab, lokasi penanaman mangrove pasti sulit, terutama jika berada di bibir pantai yang langsung berhadapan dengan laut berombak tinggi.
"Sebetulnya, mangrove ketika dijatuhkan benih apa pun, hampir pasti tumbuh. Namun ketika dia berada di bibir pantai, langsung berhadapan dengan laut yang ombaknya tinggi, maka belum sempat tumbuh, dia sudah tersapu atau sudah sempat tumbuh tapi perakarannya belum menyentuh ke bawah maka dia akan tersapu juga," jelas Ayu dalam Sosialisasi Percepatan Rehabilitasi Mangrove Provinsi Kepulauan Riau ditayangkan akun YouTube Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Kamis (1/7).
Ia berharap, para petugas rehabilitasi mangrove di lapangan tidak sekadar menjatuhkan benih propagul dan rhizophora mucronata ke lumpur atau hanya asal tancap. Sebab, hal tersebut akan menimbulkan tingkat kegagalan yang tinggi.
"Saya mohon ketika menanam nanti tidak sekadar menjatuhkan propagul ke lumpur karena kalau propagul dengan rhizophora mucronata yang kira-kira panjangnya 50-60 sentimeter cuma ditanam asal tancap dan kurang dalam atau menyentuh hampir dasar nanti kita kegagalannya akan tinggi," harap Ayu.
Dijelaskan pula bahwa dalam penanaman mangrove, harus terdapat ajir. Sebuah alat penegak yang terbuat dari batang atau tongkat bilahan bambu yang berfungsi sebagai penyangga batang. Ajir juga menjadi tempat bersandar bagi pohon atau sebagai tempat rambatan tanaman perdu dan sejenis.
"Ajir ini fungsinya sebagai penanda bahwa sudah ada tanaman di situ dan sebagai penguat tanaman. Kalau penguat, maka dia harus diikat. Ini kadang lupa. Mungkin karena lumpurnya terlalu dalam sampai 60 sentimeter, akhirnya tidak diikat dan hanya ditancapkan saja di sebelahnya. Nah ini tidak akan memberikan manfaat bagi ajir-ajir tersebut," tutur Ayu.
Sebagai informasi, BRGM memiliki target untuk melakukan rehabilitasi mangrove di Kepulauan Riau seluas 5.500 hektar. Selain itu, disertakan pula 36 kelompok masyarakat (pokmas) program padat karya rehabilitasi mangrove. Sementara tenaga pendukung percepatan rehabilitasi mangrove di Kepulauan Riau terdiri dari delapan orang koordinator lapangan dan 28 orang pendamping desa.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan