Akademisi Nilai Terlalu Dini Bahasa Portugis Jadi Kurikulum di Sekolah
Jumat, 31 Oktober 2025 | 15:00 WIB
Jakarta, NU Online
Presiden Prabowo Subianto meminta agar bahasa Portugis diajarkan di sekolah. Namun, sejumlah pengamat pendidikan menilai kebijakan tersebut terlalu tergesa tanpa kajian mendalam.
Akademisi Universitas Nasional (UNAS) Siti Tuti Alawiyah menilai wacana memasukkan bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan masih terlalu dini.
"Pendapat saya, terlalu dini. Untuk apa harus Portugis? Kita kan sudah punya bahasa Indonesia, juga ada bahasa China dan Korea," ujar Tuti saat ditemui di Universitas Nasional (UNAS) Pasar Minggu, Jumat (31/10/2025).
Menurut Tuti, secara historis bahasa Portugis memang memiliki jejak kolonial, khususnya di wilayah timur Indonesia. Namun, hal itu tidak serta merta menjadi alasan kuat untuk menjadikannya bahasa asing prioritas di sekolah.
"Mungkin bisa dikaji kembali. Kita saja dalam penguasaan bahasa Inggris belum menunjukkan kemajuan yang signifikan," kata Ketua Program Studi Sastra Inggris itu.
Ia justru menilai perlu memperkuat posisi bahasa Indonesia di kancah internasional, terutama setelah bahasa Indonesia resmi dideklarasikan sebagai bahasa yang sah untuk digunakan di PBB.
"Itu yang seharusnya diperkuat, supaya benar-benar menjadi bahasa internasional, bukan hanya di PBB tapi juga di level global market," tegas Tuti.
Ia menambahkan, penguatan bahasa Indonesia kini bergantung pada generasi muda yang melek media untuk dibawa di kancah global.
"Itu bukan lagi tugas generasi kami. Sekarang generasi milenial akhir, gen Z, bahkan alfa, yang harus membawa bahasa Indonesia ke ruang-ruang global,” ujarnya.
Menurutnya, media sosial seperti TikTok dan platform digital lain bisa menjadi sarana efektif memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia.
"Misalnya, banyak konten kreator luar yang belajar kata ‘terima kasih’ dalam bahasa Indonesia. Dari hal-hal sederhana seperti itu bisa muncul gaungnya," tutur Tuti.
Ia membandingkan dengan Korea Selatan dan Jepang yang sukses mendunia lewat bahasa dan budaya, meski jumlah penutur bahasanya jauh lebih sedikit dibanding bahasa Indonesia yang memiliki lebih dari 260 juta penutur asli.
"Kenapa bahasa Indonesia belum bisa mendunia? Nah, itu persoalannya. Negara harus hadir, akademisi juga berperan, dan para pemuda tidak boleh malu menggunakan bahasa Indonesia," pungkasnya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, pihaknya siap mengkaji rencana Presiden Prabowo Subianto agar Bahasa Portugis diajarkan di sekolah.
"Bahasa Portugis itu belum kami bahas di kementerian. Kami akan mengkaji bagaimana penerapan dari arahan Bapak Presiden secara komprehensif dan tentu saja nanti kalau sudah ada hasilnya kami sampaikan," kata Mendikdasmen Mu'ti.
Sebelumnya, Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengusulkan agar pengajaran bahasa Portugis diujicoba di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pasalnya, NTT memiliki kedekatan historis dan interaksi sosial-budaya dengan negara-negara berbahasa Portugis, selain itu daerah tersebut juga berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan untuk menjadikan bahasa Portugis salah satu bahasa prioritas dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
Keputusan ini disampaikan Prabowo di hadapan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dalam momen joint statement di Istana, Jakarta, Kamis (23/10/2025).