Alissa Wahid Minta Warga Wadas Hangatkan Kembali Hubungan Sosial-Kekerabatan
Sabtu, 21 Mei 2022 | 11:30 WIB
Alissa menerima kunjungan warga Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2022) siang.(Foto: Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesejahteraan Rakyat Alissa Wahid meminta warga Wadas untuk menghangatkan semangat persaudaraan yang memudar di tengah pro dan kontra pertambangan batuan andesit di Desa Wadas. Kepada warga Wadas yang mengunjungi PBNU Alissa meminta mereka untuk menjaga hubungan sosial dan kekerabatan yang merenggang.
Demikian disampaikan Alissa saat menerima kunjungan warga Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2022) siang.
Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat Alissa Wahid yang pernah mengunjungi Wadas saat represi aparat menyampaikan keprihatinannya seputar trauma anak-anak, perempuan, dan konflik horizontal.
“Saya minta kepada kedua pihak (warga yang menerima dan menolak) untuk tetap fokus pada masalah lingkungan dan pemerintah, bukan hubungan personal. Kita perlu mencairkan ketegangan suasana di tengah masyarakat,” kata Hj Alissa.
Menurut Alissa, hubungan sosial kebertetanggaan dan kekerabatan harus diutamakan. Terlepas dari perbedaan pendapat dalam menyikapi rencana pertambangan batuan andesit di desa Wadas, hubungan sosial harus diutamakan.
“Orang luar hanya menyiapkan forumnya. Yang menjahit warga dalamnya sendiri,” kata Alissa.
Ia menyarankan agar masyarakat mencari tokoh atau figur yg dipercaya penuh atau disegani di Wadas yang dapat mempertemukan warga.
“Ini saya bicara persaudaraannya dan kekeluargaannya, bukan kasusnya. Kalau nggak ada figur di Wadas, ya di Bener, atau di Purworejo. Ini bisa dikondisikan dulu,” kata Alissa.
Sebelumnya, Marsono, salah satu warga Wadas yang mengunjungi PBNU, menyampaikan singkat keresahannya seputar konflik sosial atas pro dan kontra masyarakat terkait rencana penambangan batuan andesit di desa Wadas.
Menurutnya, polemik di masyarakat seputar rencana penambangan batuan andesit dan pembebasan lahan berujung ketegangan di tengah warga. Kematian dan hajatan dilaksanakan masing-masing tidak saling mengunjungi. Masyarakat terpolarisasi antara pendukung dan penolak. Semua berkubu-kubu.
“Hubungan orang tua dan anak memanas. Sesama saudara tegang. Tidak saling bertegur sapa. Tolong selamatkan desa kami. Kami prihatin, sesama keluarga terlibat konflik,” kata Marsono.
Didampingi Ketua PBNU Bidang Hukum Savic Ali, Alissa menerima Isnin Sutrisno, Marsono, dan Mas H Sardi untuk menceritakan kondisi terkini yang terjadi di Wadas. Warga Wadas didampingi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta Danil dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta Adi.
Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Muhammad Faizin