Nasional

Bahasa Portugis Lebih Tepat untuk Wawasan Internasional, Bukan Beban Kurikulum Baru

Sabtu, 1 November 2025 | 10:01 WIB

Bahasa Portugis Lebih Tepat untuk Wawasan Internasional, Bukan Beban Kurikulum Baru

Ilustrasi siswa belajar di sekolah. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Akademisi yang juga Dosen Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Edi Subkhan berpendapat bahwa wacana penerapan bahasa Portugis di sekolah, sebaiknya ditempatkan dalam konteks pendidikan yang lebih luas, yakni sebagai bagian dari penguatan wawasan internasional bagi siswa.


Ia menilai bahwa penambahan bahasa baru dalam kurikulum berpotensi menambah beban belajar siswa, terutama jika muncul banyak kebijakan tambahan dari berbagai pihak.


"Pertimbangannya adalah soal beban belajar dan muatan materi yang sangat potensial membengkak dengan adanya titipan-titipan dari Presiden, Wapres, dan lainnya," katanya saat dihubungi NU Online pada Sabtu (1/11/2025).


Menurutnya, wawasan internasional perlu diajarkan agar peserta didik memiliki cakrawala pengetahuan yang lebih luas, memahami bahwa mereka hidup di dunia yang saling terhubung, serta memiliki semangat untuk bekerja sama dan berkontribusi dalam penyelesaian masalah global.


"Kalau fokus ke bahasa Portugis, coba bisa dilihat di SMA misalnya, apakah keberadaan penjurusan bahasa asing sudah cukup crowded atau masih bisa ditambah," katanya.


"Tapi kalau ditambah, pertanyaannya, yang mengajar siapa? Karena di LPTK belum ada program studi bahasa Portugis. Jadi yang realistis saja, arahkan ke wawasan global/internasional, ke arah international mindedness," tambahnya.


Lebih lanjut, ia menilai bahwa langkah yang lebih realistis adalah mengembangkan bahasa Portugis di tingkat perguruan tinggi, misalnya melalui program peminatan di fakultas bahasa atau kebudayaan.


"Ini justru sangat mungkin dibanding mendesakkan untuk diintegrasikan ke sekolah-sekolah," tegasnya.


Edi menekankan pentingnya agar setiap kebijakan pendidikan tetap berlandaskan pada kajian ilmiah dan perencanaan jangka panjang, bukan semata-mata dorongan politis sesaat.


"Tidak boleh dan tidak elok dipaksakan secara politis begitu, padahal dalam konstelasi global bahasa Portugis belum pada derajat sangat menguntungkan jika dikuasai secara umum," jelasnya.


Sebelumnya, Prabowo berencana memasukkan bahasa Portugis sebagai bahan ajar di sekolah-sekolah. Prabowo menyampaikan hal ini saat bertemu Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/10/2025).


"Sebagai bukti bahwa kami memandang Brasil sangat penting, saya telah memutuskan bahwa bahasa Portugis akan menjadi salah satu prioritas bahasa disiplin pendidikan Indonesia," jelasnya.


Pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto mengenai pengajaran bahasa Portugis di sekolah-sekolah langsung mendapatkan tanggapan dari sejumlah pejabat pemerintah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyatakan bahwa pihaknya siap melakukan kajian terkait arahan Presiden tersebut.


"Bahasa Portugis itu belum kami bahas di kementerian. Kami akan mengkaji bagaimana penerapan dari arahan Bapak Presiden secara komprehensif dan tentu saja nanti kalau sudah ada hasilnya kami sampaikan," kata Mu'ti di Jakarta, Selasa (28/10/2025).


Sementara itu, Menteri Luar Negeri, Sugiono, menjelaskan latar belakang keputusan Presiden untuk memperkenalkan bahasa Portugis di sekolah. Menurutnya, keputusan itu berkaitan erat dengan upaya memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Brasil.


"Tadi juga Pak Presiden mengatakan bahwa beliau akan membentuk suatu hubungan yang beliau sebut new special relationship antara Indonesia dengan Brasil," ujar Menlu Sugiono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (23/10/2025).