Berpengalaman 30 Tahun, Gus Ipang Bagikan Tips Jadi Kreator Konten yang Viral
Sabtu, 17 September 2022 | 11:30 WIB
Praktisi media Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Gus Ipang (kedua dari kanan). (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)
Jombang, NU Online
Praktisi media Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Gus Ipang mengatakan bahwa di era digital untuk jadi kreator konten dan menjadi terkenal tidak perlu harus cantik dan ganteng.
Kemajuan internet memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk tampil ke publik dan memperkenalkan diri ke masyarakat luas.
Hal ini disampaikannya saat sekolah media di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (16/9/2022)
"Menarik saat ini, orang tidak perlu harus cantik dan ganteng untuk bisa terkenal sekarang ini. Orang buat konten agar viral pun tidak perlu bersandar pada budget yang spektakuler kayak dulu," jelasnya.
Menurut Gus Ipang, dulu buat iklan harus mahal karena susah. Sekarang semua orang bisa buat iklan dengan mudah. Gus Ipang terlibat dalam konten kreator sejak lama, beberapa iklan karyanya jadi viral.
Oleh karenanya, Gus Ipang memberikan lima sandaran membuat konten bagi konten kreator, agar dapat bersaing di dunia digital yang ada begitu banyak konten.
"Pertama, rajin melihat referensi yang sedang viral. Referensi sangat mudah didapat dari berbagai platform media sosial," tambah sutradara iklan ini.
Cicit KH Hadratussyekh Hasyim Asy'ari ini menambahkan, dasar kedua membuat konten di era digital yaitu pilih topik yang dekat dengan kita. Bisa via dialog humor, drama, joget-joget, mau yang lainnya, apa pun yang dekat dengan kita.
Ketiga, masukkan pesan sesederhana mungkin. "Jangan ribet-ribet, Cuma simpel tetap punya karakter tersendiri," ungkapnya.
"Keempat, pilih audio yang sedang viral. Kelima, buatlah seunik yang kita bisa. Ini akan jadi pembeda. Semakin unik, maka semakin viral," ujar Gus Ipang.
Gus Ipang menjelaskan yang tidak kalah penting dari lima hal di atas adalah judul yang menyita perhatian orang untuk membuka, tidak mesti harus clickbait. Bisa menggunakan thumbnail, dibuat sedemikian rupa agar menarik.
Sedangkan untuk sisi pemberitaan juga hampir sama, angkat sisi yang paling mudah yang mana, sisi yang orang ingin tahu bagian mana. Cari tahu di Google dan YouTube yang trending apa, baca. Dengan cara begitu bisa memudahkan.
"Hal penting lagi yaitu kita harus melek digital, membuka diri bagaimana dakwah lebih efektif lewat berbagai platform media," tegasnya.
Gus Ipang menekankan pentingnya melek digital karena media memiliki peran penting bagi banyak pihak sejak zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi dan era digital hari ini.
Presiden Soekarno, Presiden Soeharto dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menikmati sekali adanya media ini, apalagi saat itu polanya satu arah
"Sebagai praktisi media 30 tahun lebih. Alhamdulilah saya bisa ikutan dalam perkembangan media di tanah air. Perubahan media dari zaman 1990-an hingga era Presiden Jokowi signifikan sekali," ungkapnya.
Secara ringkas, Gus Ipang menjelaskan di era top-down atau satu arah, dengar dari atas langsung ke bawah. Sekarang eranya partisipatif, mengedepankan aspek engagement atau komunikasi dua arah, tanggapan terhadap pesan atau konten tertentu yang diunggah.
Manajemen top-down adalah pendekatan yang umum diterapkan dan arahannya ditetapkan oleh kepemimpinan dan disampaikan kepada tim dalam suatu organisasi. Kehadiran internet juga membuat dunia dan kultur masyarakat Indonesia menjadi berubah. Sekarang ada 75 persen orang Indonesia dapat mengakses internet di seluruh negeri dan 80 persennya mengakses via handphone.
"Inilah fenomena baru dalam kehidupan masyarakat sekarang ini dan konsekuensi dari transformasi digital," katanya.
Menurut Gus Ipang, internet memunculkan dua arah, menguntungkan bagi mereka yang ingin menyebarkan dan mendapatkan informasi mudah. Semua melalui handphone dan akses internet. Namun, merugikan bagi dunia jurnalisme karena begitu mudahnya orang menyebarkan kabar palsu atau hoaks. Transformasi digital juga membuka peluang lahirnya kreator konten di seluruh negeri.
"Dulu buat iklan susah, harus buat konsep dulu, krunya dipanggil, proses ambil video dan editing sehingga perlu waktu lama. Sekarang buat konten bisa dengan cepat, semua orang bisa buat konten," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan