Buka Rakernas PBNU, Rais 'Aam Tekankan Karya Nyata dan Tak Tertipu Kebesaran Organisasi
Kamis, 24 Maret 2022 | 23:35 WIB
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PBNU di Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)
Tasikmalaya, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar membuka secara resmi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PBNU di Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022) malam.
Dalam arahannya, Kiai Miftach mengharapkan para pengurus lembaga dan badan khusus PBNU yang telah dilantik secara resmi agar dapat menghasilkan karya nyata yang dapat dirasakan khalayak luas.
“(pengurus melaksanakan) Tugas yang menghasilkan karya nyata dan diharapkan bisa dirasakan umat secara keseluruhan, khsuusnya Nahdliyin Nahdliyat,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Miftach mengingatkan kepada segenap pengurus lembaga dan badan khusus, serta warga Nahdliyin pada umumnya, agar tidak terbuai dengan kebesaran NU. “Kita jangan tertipu dengan kebesaran Nahdlatul Ulama sebagai organisasi terbesar di dunia sampai akhirat,” katanya.
Kebesaran NU jangan sampai memperlemah semangat berjuang dan bekerja untuk NU ke depannya. Sebab, menurutnya, jika seseorang merasa sudah mapan, maka hati akan mengalami erosi.
Sebaliknya, Kiai Miftach menegaskan bahwa kebesaran warga NU merupakan nikmat yang amat besar. “Betapa kalau ini kita gunakan dengan produk yang besar pula seimbang dengan kebesarannya, kaum lain organisasi lain akan hormat dan menghormati,” katanya.
Hal ini sebagaimana dengan karya nyata para pendahulu dengan melahirkan banyaknya piagam yang dilahirkan sebagai wujud sumbangsih NU bagi umat di dunia sejak sebelum berdirinya, sampai hari ini.
Rais Aam juga mengingatkan agar tidak tertipu dengan karunia Allah swt sehingga tanpa kerja keras bisa dan berhak bahagia. Kiai Miftach dengan tegas menyatakan, bahwa bahagia tidak demikian caranya. “Sehingga mereka meninggalkan dunia ini bangkrut dari upaya amal dan pengampunan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Miftach mengutip sebuah ayat Al-Qur’an Surat Al-Infithar ayat 6, maa gharraka bi rabbikal karim, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia. Ayat tersebut, jelasnya, mengingatkan umat Islam agar tidak terpedaya dan tertipu dengan hal-hal di atas. “Ini harus mulai kita ingatkan karena sudah banyak terjadi,” pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad